Jepang (Unmuh Barru)

Lebih dari Sekadar Magang: Transformasi Diri di Tengah Budaya Kerja Jepang

Unmuhbarru.ac.id, Barru – Jepang, negeri sakura yang terkenal dengan disiplin dan etos kerjanya yang tinggi, telah lama menjadi tujuan menarik bagi para pencari pengalaman kerja. Melalui program magang, banyak pemuda-pemudi dari berbagai belahan dunia berkesempatan untuk merasakan langsung bagaimana bekerja di perusahaan-perusahaan Jepang. Namun, pengalaman magang di Jepang ternyata menawarkan lebih dari sekadar kesempatan untuk menambah daftar riwayat hidup.

Budaya kerja Jepang, yang seringkali digambarkan sebagai sangat kompetitif dan menuntut, ternyata juga menyimpan banyak nilai-nilai positif yang dapat membentuk karakter seseorang. Konsep *kaizen* (perbaikan terus-menerus), *teamwork* (kerja sama tim), dan *seishin* (semangat) adalah beberapa contoh nilai-nilai yang sangat dihargai dalam dunia kerja Jepang. Melalui program magang, peserta akan diajak untuk mengadopsi nilai-nilai tersebut dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu hal yang paling mencolok dari budaya kerja Jepang adalah penekanan pada detail dan kualitas. Pekerja Jepang sangat memperhatikan setiap aspek pekerjaan mereka, dari yang paling besar hingga yang paling kecil. Hal ini menuntut mereka untuk memiliki tingkat ketelitian dan ketekunan yang tinggi. Bagi peserta magang, ini adalah kesempatan emas untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut.

Selain itu, budaya kerja Jepang juga sangat menghargai hierarki dan rasa hormat. Peserta magang akan belajar untuk menghormati atasan mereka dan rekan kerja yang lebih senior. Mereka juga akan diajarkan untuk berkomunikasi secara efektif dan membangun hubungan yang baik dengan orang-orang di sekitar mereka. Keterampilan-keterampilan ini sangat berguna dalam kehidupan profesional maupun pribadi.

Program magang di Jepang juga seringkali melibatkan kegiatan di luar jam kerja. Peserta magang akan diajak untuk mengikuti berbagai acara sosial dan budaya, seperti mengunjungi kuil, mengikuti kelas kaligrafi, atau bahkan mengikuti festival tradisional. Kegiatan-kegiatan ini tidak hanya menyenangkan, tetapi juga memberikan kesempatan bagi peserta magang untuk lebih memahami budaya Jepang dan berinteraksi dengan masyarakat setempat.

Pengalaman magang di Jepang tidak hanya memberikan manfaat bagi peserta magang, tetapi juga bagi perusahaan yang menerima mereka. Peserta magang dapat membawa ide-ide segar dan perspektif baru ke dalam perusahaan. Selain itu, mereka juga dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja.

Bagi banyak peserta magang, pengalaman di Jepang merupakan titik balik dalam hidup mereka. Mereka kembali ke negara asal dengan membawa pengetahuan dan keterampilan baru, serta pandangan hidup yang lebih luas. Pengalaman magang di Jepang telah membantu mereka untuk tumbuh sebagai individu yang lebih mandiri, bertanggung jawab, dan berorientasi pada tujuan.

Dalam kesimpulannya, pengalaman magang di Jepang menawarkan lebih dari sekadar kesempatan untuk bekerja. Ini adalah sebuah perjalanan transformasi diri yang dapat mengubah hidup seseorang. Bagi mereka yang ingin mengembangkan diri dan meraih kesuksesan dalam karir, program magang di Jepang adalah pilihan yang sangat menarik.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Lebih dari Sekadar Magang: Transformasi Diri di Tengah Budaya Kerja Jepang," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, January 15, 2025, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2025/01/15/lebih-dari-sekadar-magang-transformasi-diri-di-tengah-budaya-kerja-jepang/.
Turkiye (Unmuh Barru)

Turkiye and Southeast Asia: Bridging the Higher Education Intercontinental

Unmuhbarru.ac.id, Barru – Higher education has become a vital tool for fostering global understanding and cooperation. In this context, the relationship between Turkiye and Southeast Asia presents a unique opportunity for intercontinental collaboration. By leveraging their respective strengths, both regions can create a dynamic and enriching educational landscape.

One key area of focus for Turkiye and Southeast Asia could be the exchange of students and faculty. Encouraging mobility between institutions would expose students to diverse perspectives and research methodologies, broadening their horizons and fostering intercultural understanding. Additionally, faculty exchanges would facilitate the sharing of knowledge and expertise, leading to collaborative research projects and the development of innovative teaching practices.

Another avenue for collaboration lies in the development of joint degree programs. By combining the strengths of Turkish and Southeast Asian universities, these programs could offer students a unique and valuable educational experience. For example, a joint degree in engineering could integrate Turkish expertise in technology with Southeast Asia’s focus on sustainable development.

Furthermore, Turkiye and Southeast Asia could collaborate on research initiatives of mutual interest. The regions share common challenges, such as climate change, economic development, and social issues. By pooling their resources and expertise, they can address these challenges more effectively and generate impactful solutions.

To facilitate these collaborations, it is crucial to establish strong institutional partnerships between universities in Turkiye and Southeast Asia. These partnerships should focus on building trust, fostering communication, and creating sustainable mechanisms for collaboration. Regular conferences, workshops, and online platforms can provide valuable opportunities for networking and knowledge sharing.

Moreover, governments in both regions can play a crucial role in supporting higher education collaborations. By providing scholarships, funding research projects, and streamlining visa processes, governments can create an enabling environment for academic exchange.

In addition to formal collaborations, cultural exchange programs can also play a significant role in bridging the gap between Turkiye and Southeast Asia. By organizing student cultural events, language exchange programs, and joint research projects on cultural heritage, these initiatives can foster mutual understanding and appreciation.

In conclusion, the potential for collaboration between Turkiye and Southeast Asia in higher education is immense. By leveraging their respective strengths and addressing the challenges, both regions can create a dynamic and enriching educational landscape that benefits students, faculty, and society as a whole.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Turkiye and Southeast Asia: Bridging the Higher Education Intercontinental," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, January 15, 2025, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2025/01/15/turkiye-and-southeast-asia-bridging-the-higher-education-intercontinental/.
East Asia (Unmuh Barru)

Exploring Higher Education in East Asia

Unmuhbarru.ac.id, Barru – East Asia has emerged as a global hub for higher education, boasting renowned institutions and a strong emphasis on academic excellence.1 Countries like Japan, China, and South Korea have invested heavily in their tertiary education systems, leading to significant advancements in research, innovation, and economic development.

Japan, with its rich history of scholarly tradition, has cultivated a unique higher education landscape.2 The country is home to prestigious universities such as the University of Tokyo and Kyoto University, known for their rigorous academic standards and cutting-edge research facilities.3 The Japanese education system emphasizes discipline, perseverance, and a deep respect for knowledge.4 Students are often expected to dedicate long hours to their studies, fostering a culture of intense academic competition.5

China, on the other hand, has experienced rapid growth in its higher education sector in recent decades.6 The Chinese government has prioritized expanding access to higher education, leading to a surge in the number of universities and colleges across the country.7 Chinese universities are increasingly recognized for their contributions to scientific research, particularly in fields like engineering and technology.8 However, the Chinese higher education system has also faced criticism for its emphasis on rote learning and conformity.9

South Korea has also made significant strides in improving its higher education system. The country has invested heavily in research and development, fostering a culture of innovation and entrepreneurship among its students.10 South Korean universities are known for their strong ties to industry, providing students with valuable practical experience and career opportunities. However, the South Korean education system has been criticized for its intense pressure on students to succeed, leading to concerns about mental health and well-being.11

Indonesia, with its diverse population and rich cultural heritage, has the potential to become a leading force in higher education in Southeast Asia. However, the Indonesian higher education system faces several challenges, including limited resources, inadequate infrastructure, and a lack of qualified faculty.12 To improve the quality of higher education in Indonesia, it is crucial to invest in research and development, promote innovation, and enhance the skills of educators.13

One of the key lessons that Indonesia can learn from East Asia is the importance of government support. The governments of Japan, China, and South Korea have played a crucial role in funding research, expanding access to higher education, and promoting international collaboration. Indonesia can emulate this approach by increasing government funding for higher education institutions, providing scholarships to talented students, and encouraging international partnerships.

Another valuable lesson is the emphasis on quality over quantity. While expanding access to higher education is important, it is equally crucial to ensure the quality of education provided. East Asian countries have prioritized improving the quality of teaching and research, leading to significant advancements in their higher education systems. Indonesia can learn from this by implementing rigorous quality assurance mechanisms, attracting talented faculty, and promoting a culture of research and innovation.

Furthermore, East Asia has demonstrated the importance of adapting to the changing needs of the global economy. The rapid pace of technological advancement has created a demand for highly skilled workers in fields like science, technology, engineering, and mathematics (STEM).14 East Asian countries have responded to this demand by investing in STEM education and promoting innovation in these fields. Indonesia can follow suit by strengthening its STEM education programs, encouraging entrepreneurship, and fostering a culture of innovation.

In conclusion, exploring the higher education systems of East Asia provides valuable insights for Indonesia. By learning from the successes and challenges of countries like Japan, China, and South Korea, Indonesia can improve the quality and relevance of its higher education system, thereby contributing to the country’s economic and social development.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Exploring Higher Education in East Asia," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, January 15, 2025, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2025/01/15/exploring-higher-education-in-east-asia/.
Pendidikan Transformatif (Unmuh Barru)

Pedagogik Transformatif: Pendidikan yang Memberdayakan

Unmuhbarru.ac.id, Barru – Dalam kondisi yang dinamis, pendidikan tidak hanya sekadar transfer pengetahuan, tetapi juga harus menjadi proses transformasi yang mendalam. Pedagogik transformatif hadir sebagai sebuah paradigma baru dalam dunia pendidikan yang menekankan pada pengembangan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif peserta didik. Pendekatan ini tidak hanya sebatas membekali siswa dengan pengetahuan akademik, melainkan juga mendorong mereka untuk menjadi warga negara yang aktif, bertanggung jawab, dan mampu menghadapi kompleksitas permasalahan dunia nyata.

Konsep pedagogik transformatif berakar pada pandangan bahwa pendidikan adalah sebuah proses yang berkelanjutan dan melibatkan seluruh aspek kehidupan manusia. Pendidikan tidak hanya terjadi di dalam ruang kelas, tetapi juga di luar sekolah, dalam interaksi sosial, dan pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu, pedagogik transformatif menekankan pentingnya pembelajaran yang relevan dengan konteks sosial dan budaya peserta didik.

Salah satu ciri khas pedagogik transformatif adalah penekanan pada pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning). Dalam pendekatan ini, pembelajaran dimulai dari permasalahan nyata yang dihadapi oleh peserta didik atau masyarakat. Dengan demikian, peserta didik tidak hanya belajar teori, tetapi juga belajar bagaimana menerapkan pengetahuan mereka untuk menyelesaikan masalah. Misalnya, dalam mata pelajaran sains, siswa dapat diajak untuk meneliti kualitas air di lingkungan sekitar mereka dan mencari solusi untuk mengatasi masalah pencemaran.

Selain itu, pedagogik transformatif juga menekankan pentingnya pembelajaran kooperatif. Melalui kerja sama dalam kelompok, peserta didik dapat saling belajar, berbagi ide, dan mengembangkan kemampuan sosial mereka. Pembelajaran kooperatif tidak hanya meningkatkan prestasi akademik, tetapi juga memupuk sikap saling menghormati, toleransi, dan kerja sama yang merupakan nilai-nilai penting dalam masyarakat demokratis.

Dalam konteks Indonesia, pedagogik transformatif memiliki relevansi yang sangat tinggi. Negara kita sedang menghadapi berbagai tantangan kompleks, seperti masalah kemiskinan, ketidaksetaraan, dan kerusakan lingkungan. Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, kita membutuhkan generasi muda yang memiliki kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Pedagogik transformatif dapat menjadi salah satu solusi untuk mempersiapkan generasi muda Indonesia agar mampu menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian.

Namun, penerapan pedagogik transformatif di Indonesia masih menghadapi berbagai kendala. Salah satu kendala utama adalah kurangnya dukungan dari pemerintah dan masyarakat terhadap inovasi dalam pendidikan. Selain itu, masih banyak guru yang belum memiliki kompetensi yang memadai untuk menerapkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.

Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak. Pemerintah perlu membuat kebijakan yang mendukung pengembangan pendidikan yang berkualitas dan relevan. Sekolah perlu menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung pembelajaran yang inovatif. Guru perlu diberikan pelatihan yang berkelanjutan untuk meningkatkan kompetensi mereka. Masyarakat juga perlu terlibat aktif dalam mendukung pendidikan anak-anak.

Dengan demikian, pedagogik transformatif bukan hanya sebuah teori pendidikan, tetapi juga sebuah gerakan yang bertujuan untuk menciptakan perubahan yang lebih baik. Melalui pendekatan ini, kita dapat melahirkan generasi muda yang cerdas, kreatif, dan berkarakter, serta mampu berkontribusi dalam membangun masa depan Indonesia yang lebih cerah.

Isu-isu Kontemporer dalam Pendidikan Indonesia

Dalam konteks global yang menghubungkan setiap negara dalam pelbagai kondisi, pendidikan menghadapi berbagai tantangan baru. Beberapa isu kontemporer yang relevan dengan pedagogik transformatif antara lain:

  • Revolusi industri: Perkembangan teknologi digital telah mengubah lanskap pekerjaan secara drastis. Pendidikan perlu mempersiapkan peserta didik untuk memiliki keterampilan abad ke-21, seperti berpikir komputasional, kreativitas, dan kemampuan beradaptasi dengan perubahan yang cepat.
  • Ketimpangan sosial: Ketimpangan sosial yang semakin lebar menjadi tantangan serius bagi pendidikan. Pendidikan harus mampu memberikan kesempatan yang sama bagi semua anak, terlepas dari latar belakang sosial ekonomi mereka.
  • Krisis iklim: Perubahan iklim merupakan ancaman nyata bagi keberlangsungan hidup manusia. Pendidikan perlu membekali peserta didik dengan pengetahuan dan keterampilan untuk mengatasi masalah lingkungan dan membangun masyarakat yang berkelanjutan.
  • Disinformasi dan hoaks: Maraknya penyebaran informasi palsu di media sosial menjadi tantangan besar dalam pendidikan. Pendidikan perlu mengajarkan peserta didik untuk berpikir kritis, mengevaluasi sumber informasi, dan memilah informasi yang benar dan salah.

Pedagogik transformatif menawarkan sebuah kerangka kerja yang komprehensif untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut. Dengan menekankan pada pengembangan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif, pedagogik transformatif dapat membantu peserta didik menjadi warga negara yang aktif, bertanggung jawab, dan mampu menghadapi kompleksitas permasalahan dunia nyata.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Pedagogik Transformatif: Pendidikan yang Memberdayakan," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, January 8, 2025, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2025/01/08/pedagogik-transformatif-pendidikan-yang-memberdayakan/.
Penelitian Eropa Barat (Unmuh Barru)

Pendidikan, Teknologi, dan Digitalisasi di Eropa Barat

Unmuhbarru.ac.id, Barru – Eropa Barat, sebagai kawasan yang telah lama menjadi kiblat pendidikan dunia, kini semakin memantapkan posisinya dengan mengintegrasikan teknologi dan digitalisasi ke dalam sistem pendidikannya. Transformasi digital yang terjadi begitu cepat telah mengubah lanskap pendidikan secara fundamental, melahirkan metode pembelajaran yang lebih interaktif, personal, dan efisien.

Salah satu ciri khas pendidikan di Eropa Barat adalah penekanan pada pembelajaran berbasis proyek. Dengan memanfaatkan berbagai perangkat lunak dan platform digital, siswa didorong untuk bekerja sama dalam tim, memecahkan masalah nyata, dan mengembangkan keterampilan abad ke-21 seperti kreativitas, berpikir kritis, dan komunikasi. Teknologi juga memfasilitasi akses terhadap sumber belajar yang tak terbatas, memungkinkan siswa untuk menggali pengetahuan lebih dalam dan sesuai dengan minat masing-masing.

Perguruan tinggi di Eropa Barat telah menjadi pelopor dalam pengembangan program studi yang menggabungkan aspek teknologi dan digitalisasi. Jurusan-jurusan seperti ilmu data, kecerdasan buatan, dan keamanan siber semakin populer, mencerminkan kebutuhan pasar kerja yang terus berkembang. Selain itu, banyak universitas juga menawarkan program pembelajaran daring yang fleksibel, memungkinkan siswa dari berbagai latar belakang untuk mengikuti pendidikan tinggi tanpa harus terikat oleh ruang dan waktu.

Selain di tingkat perguruan tinggi, digitalisasi juga telah merambah ke jenjang pendidikan dasar dan menengah. Sekolah-sekolah di Eropa Barat semakin banyak yang dilengkapi dengan infrastruktur teknologi yang memadai, seperti komputer, tablet, dan akses internet berkecepatan tinggi. Guru-guru juga diberikan pelatihan untuk memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran, misalnya dengan menggunakan aplikasi pembelajaran interaktif, video pembelajaran, dan platform pembelajaran online.

Salah satu dampak positif dari digitalisasi dalam pendidikan adalah meningkatnya personalisasi pembelajaran. Dengan memanfaatkan data pembelajaran siswa, guru dapat merancang program pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan gaya belajar masing-masing siswa. Hal ini memungkinkan setiap siswa untuk belajar dengan ritme yang berbeda dan mencapai potensi maksimalnya.

Selain itu, digitalisasi juga mendorong kolaborasi antara sekolah, universitas, industri, dan pemerintah. Platform digital memungkinkan berbagi sumber daya, pengetahuan, dan best practices, sehingga kualitas pendidikan secara keseluruhan dapat ditingkatkan. Kolaborasi ini juga membuka peluang bagi siswa untuk terlibat dalam proyek riset yang relevan dengan industri, sehingga mereka lebih siap menghadapi dunia kerja setelah lulus.

Dalam beberapa tahun terakhir, Eropa Barat telah menunjukkan komitmen yang kuat untuk terus mengembangkan pendidikan berbasis teknologi. Investasi dalam infrastruktur teknologi, pengembangan kurikulum yang relevan, dan pelatihan guru merupakan langkah-langkah penting untuk memastikan bahwa generasi muda memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk sukses di era digital.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Pendidikan, Teknologi, dan Digitalisasi di Eropa Barat," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, January 8, 2025, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2025/01/08/pendidikan-teknologi-dan-digitalisasi-di-eropa-barat/.
Eropa Barat (Unmuh Barru)

Pendidikan Prancis: Warisan Kualitas dan Inovasi

Unmuhbarru.ac.id, Barru – Prancis, negara yang dikenal dengan keindahan seni, budaya, dan kulinernya, juga memiliki sistem pendidikan yang diakui dunia. Sistem pendidikan Prancis telah berhasil mencetak generasi demi generasi individu yang cerdas, kreatif, dan kritis. Kualitas pendidikan di Prancis ini tidak lepas dari sejarah panjang, komitmen pemerintah, serta pendekatan yang inovatif dalam pembelajaran.

Salah satu ciri khas pendidikan Prancis adalah penekanan pada kesetaraan. Setiap anak, tanpa memandang latar belakang sosial atau ekonomi, memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan berkualitas. Hal ini tercermin dalam kebijakan pendidikan yang inklusif dan tersedianya berbagai program beasiswa. Kurikulum yang diterapkan juga dirancang untuk mengembangkan potensi setiap siswa secara maksimal, baik dalam bidang akademik maupun non-akademik.

Sistem pendidikan di Prancis terstruktur, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Pada tingkat dasar, fokus utama adalah membangun fondasi pengetahuan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung. Seiring bertambahnya usia, siswa akan diperkenalkan pada berbagai disiplin ilmu yang lebih kompleks. Kurikulum yang fleksibel memungkinkan siswa untuk memilih jalur pendidikan yang sesuai dengan minat dan bakat mereka.

Salah satu keunggulan pendidikan Prancis adalah kualitas tenaga pengajarnya. Guru-guru di Prancis umumnya memiliki kualifikasi yang tinggi dan sangat berdedikasi. Mereka tidak hanya berperan sebagai pemberi materi, tetapi juga sebagai mentor yang membimbing siswa dalam mengembangkan potensi diri. Selain itu, sekolah-sekolah di Prancis juga dilengkapi dengan fasilitas yang memadai, seperti perpustakaan, laboratorium, dan ruang kelas yang nyaman.

Pendidikan Prancis juga menekankan pentingnya pembelajaran sepanjang hayat. Siswa didorong untuk terus belajar dan mengembangkan diri, baik selama masa studi maupun setelah lulus. Hal ini sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin cepat, di mana tuntutan terhadap sumber daya manusia semakin tinggi.

Inovasi merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan Prancis. Pemerintah Prancis terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan mendorong penerapan teknologi dalam proses pembelajaran. Selain itu, berbagai program kerjasama internasional juga dilakukan untuk memperkaya pengalaman belajar siswa.

Sebagai penutup, pendidikan Prancis merupakan contoh yang baik tentang bagaimana sebuah sistem pendidikan dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas dan siap menghadapi tantangan global. Dengan sejarah yang panjang, komitmen pemerintah, dan pendekatan yang inovatif, pendidikan Prancis terus menjadi rujukan bagi negara-negara lain yang ingin meningkatkan kualitas pendidikannya.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Pendidikan Prancis: Warisan Kualitas dan Inovasi," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, January 8, 2025, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2025/01/08/pendidikan-prancis-warisan-kualitas-dan-inovasi/.
Tsunami (Unmuh Barru)

20 years of Tsunami in Aceh: Lesson Learned, Resilience, and Disaster Mitigation

Unmuhbarru.ac.id, Bima – The devastating 2004 Indian Ocean tsunami, which struck Aceh, Indonesia, on December 26th, 2004, remains a poignant reminder of the immense power of nature and the importance of preparedness. This catastrophic event, triggered by a massive undersea earthquake, claimed over 170,000 lives in Aceh alone, leaving a trail of destruction that impacted countless families and communities.

In the aftermath of this tragedy, Aceh embarked on a remarkable journey of recovery and resilience. The province has invested heavily in early warning systems, including a network of tsunami detection buoys and sirens, designed to alert coastal communities of impending danger. Furthermore, significant strides have been made in improving building codes and infrastructure, with a focus on constructing more resilient structures capable of withstanding the forces of nature.   

The Aceh tsunami served as a stark wake-up call, highlighting the critical need for comprehensive disaster preparedness and mitigation strategies. The province has actively engaged in community-based disaster education programs, empowering local residents with the knowledge and skills to respond effectively during emergencies. Evacuation drills, first aid training, and the establishment of community-based disaster response teams have become integral components of these efforts.

Moreover, Aceh has fostered strong partnerships with international organizations and non-governmental organizations to enhance its disaster management capabilities. These collaborations have facilitated the sharing of best practices, the transfer of technology, and the development of sustainable disaster risk reduction programs.   

Looking ahead, Aceh continues to face ongoing challenges, including the threat of future tsunamis and other natural hazards. The province recognizes the importance of sustained efforts in disaster risk reduction, including continuous improvement of early warning systems, strengthening of building codes, and ongoing community-based education and preparedness programs.

By embracing a culture of preparedness and resilience, Aceh strives to minimize the impact of future disasters and ensure the safety and well-being of its people. The legacy of the 2004 tsunami serves as a powerful reminder of the importance of learning from the past, adapting to the challenges of the present, and building a more resilient future for all.

The 2004 Aceh tsunami serves as a poignant reminder of the devastating consequences of natural disasters and the importance of preparedness. The resilience displayed by the Acehnese people in the face of immense adversity is a testament to the human spirit’s ability to overcome even the most challenging circumstances.

Through their collective efforts in rebuilding their communities and implementing robust disaster mitigation strategies, the people of Aceh have demonstrated a commitment to ensuring that future generations are better equipped to face the challenges posed by natural hazards.

The legacy of the Aceh tsunami extends far beyond the shores of Indonesia, serving as a global catalyst for improved disaster preparedness and response efforts. The lessons learned from this tragedy have informed the development of early warning systems, the strengthening of building codes, and the implementation of community-based disaster risk reduction programs worldwide.

As the world continues to grapple with the increasing frequency and intensity of natural disasters, the experiences of Aceh stand as a powerful reminder of the critical importance of investing in preparedness, fostering resilience, and working together to build a safer and more sustainable future for all.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "20 years of Tsunami in Aceh: Lesson Learned, Resilience, and Disaster Mitigation," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, December 26, 2024, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2024/12/26/20-years-of-tsunami-in-aceh-lesson-learned-resilience-and-disaster-mitigation/.

Design Thinking (Unmuh Barru)

Mengenal Design Thinking ala Michael Lewrick: Sebuah Pendekatan Inovatif untuk Memecahkan Masalah

Unmuhbarru.ac.id, Bima – Dengan era yang semakin kompleks dan dinamis, inovasi menjadi kunci keberhasilan bagi individu maupun organisasi. Salah satu pendekatan yang semakin populer untuk mendorong inovasi adalah Design Thinking. Michael Lewrick, seorang ahli dalam bidang ini, telah memberikan kontribusi signifikan dalam mengembangkan dan mempopulerkan konsep Design Thinking.

Design Thinking, secara sederhana, adalah suatu pendekatan yang berpusat pada manusia dalam memecahkan masalah. Pendekatan ini menggabungkan kreativitas, empati, dan analisis untuk menghasilkan solusi yang inovatif dan relevan. Lewrick menekankan pentingnya memahami kebutuhan dan keinginan pengguna (user) secara mendalam sebelum memulai proses desain.

Salah satu ciri khas dari Design Thinking ala Lewrick adalah penekanannya pada mindset. Ia percaya bahwa memiliki mindset yang tepat adalah kunci untuk dapat menerapkan Design Thinking secara efektif. Mindset ini mencakup rasa ingin tahu yang tinggi, kemampuan untuk berpikir terbuka, serta kesediaan untuk mencoba hal-hal baru. Lewrick juga menyoroti pentingnya kolaborasi dalam proses Design Thinking, di mana berbagai perspektif dapat saling melengkapi dan menghasilkan ide-ide yang lebih kreatif.

Lewrick membagi proses Design Thinking menjadi beberapa tahap, yang dimulai dengan tahap empati. Pada tahap ini, tim desain berusaha untuk memahami pengguna secara mendalam melalui berbagai metode seperti wawancara, observasi, dan persona. Setelah memahami pengguna, tim kemudian melakukan tahap definisi masalah. Tahap ini bertujuan untuk merumuskan masalah yang akan dipecahkan secara jelas dan terukur.

Tahap selanjutnya adalah ideasi. Pada tahap ini, tim secara aktif menghasilkan ide-ide sebanyak mungkin untuk memecahkan masalah yang telah didefinisikan. Tidak ada ide yang dianggap buruk pada tahap ini, karena semua ide dapat menjadi inspirasi untuk ide-ide yang lebih baik. Setelah menghasilkan banyak ide, tim kemudian melakukan tahap prototyping. Pada tahap ini, ide-ide yang dianggap paling potensial diwujudkan dalam bentuk prototipe sederhana. Prototipe ini kemudian diuji dengan pengguna untuk mendapatkan feedback.

Tahap terakhir adalah testing. Pada tahap ini, prototipe yang telah diuji kemudian disempurnakan berdasarkan feedback yang diperoleh. Proses iterasi ini dilakukan berulang kali hingga dihasilkan solusi yang optimal.

Mengapa Design Thinking Penting?

Design Thinking menawarkan sejumlah manfaat bagi individu dan organisasi. Pertama, Design Thinking dapat membantu kita untuk lebih memahami kebutuhan dan keinginan pengguna, sehingga solusi yang dihasilkan lebih relevan dan bernilai. Kedua, Design Thinking dapat mendorong kreativitas dan inovasi, sehingga kita dapat menemukan solusi-solusi yang unik dan berbeda dari yang sudah ada. Ketiga, Design Thinking dapat meningkatkan kolaborasi dan kerja sama tim.

Dalam dunia bisnis yang kompetitif, Design Thinking dapat menjadi alat yang berharga dalam mengelola “bisnis”. Banyak perusahaan ataupun institusi yang telah berhasil menerapkan Design Thinking untuk mengembangkan produk dan layanan baru yang inovatif. Selain itu, Design Thinking juga dapat diterapkan dalam berbagai bidang lain, seperti pendidikan, kesehatan, dan pemerintah.

Penutup

Design Thinking yang digagas oleh Michael Lewrick menawarkan pendekatan yang komprehensif dan efektif untuk memecahkan masalah. Dengan menekankan pada empati, kreativitas, dan kolaborasi, Design Thinking dapat membantu kita untuk menghasilkan solusi yang inovatif dan bernilai. Dalam era yang semakin kompleks dan dinamis, Design Thinking menjadi kemahiran yang perlu untuk dikuasai seiring dengan kebutuhan tata kelola organisasi.

Kata Kunci: Design Thinking, Michael Lewrick, inovasi, empati, kolaborasi, pemecahan masalah

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Mengenal Design Thinking ala Michael Lewrick: Sebuah Pendekatan Inovatif untuk Memecahkan Masalah," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, December 24, 2024, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2024/12/24/mengenal-design-thinking-ala-michael-lewrick-sebuah-pendekatan-inovatif-untuk-memecahkan-masalah/.
Muhammadiyah (Unmuh Barru)

112 Tahun Muhammadiyah: Perjalanan Memakmurkan Bangsa

Unmuhbarru.ac.id, Jakarta – Muhammadiyah, organisasi modern Islam terbesar di Indonesia, telah merayakan miladnya yang ke-112 yang juga dilakanakan berama dengan Tanwir di Kupang. Didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada 18 November 1912 di Yogyakarta, Muhammadiyah telah menjadi pilar penting dalam sejarah pergerakan Islam di Indonesia.

 

Visi Kemakmuran

Kelahiran Muhammadiyah pada awal abad ke-20 merupakan sebuah respon terhadap tantangan zaman. KH. Ahmad Dahlan melihat perlunya pembaruan dalam Islam agar sesuai dengan perkembangan zaman. Muhammadiyah hadir dengan visi untuk memberikan penafsiran Islam yang lebih modern, rasional, dan relevan dengan kehidupan masyarakat.

Selama lebih dari seabad, Muhammadiyah telah memberikan kontribusi yang sangat besar bagi bangsa Indonesia. Beberapa di antaranya adalah:

    • Pendidikan: Muhammadiyah mendirikan berbagai lembaga pendidikan, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Melalui pendidikan, Muhammadiyah mencetak generasi muda yang cerdas, berakhlak mulia, dan memiliki jiwa kepemimpinan.
    • Kesehatan: Muhammadiyah juga aktif dalam bidang kesehatan dengan mendirikan rumah sakit, klinik, dan puskesmas. Layanan kesehatan yang diberikan oleh Muhammadiyah sangat bermanfaat bagi masyarakat, terutama mereka yang kurang mampu.
    • Dakwah dan Sosial: Muhammadiyah senantiasa aktif dalam kegiatan dakwah dan sosial. Melalui berbagai program, Muhammadiyah berupaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan memperkuat tali persaudaraan.
    • Kebencanaan: Melalui MDMC, Muhammadiyah bergerak cepat merespon bencana, memberikan bantuan darurat dan jangka panjang. Melalui MDMC, Muhammadiyah aktif dalam penanggulangan bencana di Indonesia, memberikan bantuan kemanusiaan dan membangun kembali daerah terdampak.

Melalui Tanwir, Muhammadiyah menggaungkan kemakmuran sebagai visi yang sepaket dengan kemajuan. Sehingga ini menjadi tantangan bersama dengan jamaah umat Islam.

Tantangan di Masa Depan

Meskipun telah banyak meraih prestasi, Muhammadiyah masih menghadapi berbagai tantangan di masa depan. Di antaranya adalah:

  • Radikalisme: Muhammadiyah perlu terus berupaya untuk menangkal paham radikalisme yang dapat merusak tatanan kehidupan bermasyarakat.
  • Modernisasi: Muhammadiyah harus mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman yang semakin cepat tanpa meninggalkan nilai-nilai luhur Islam.
  • Persatuan Umat: Muhammadiyah perlu terus memperkuat persatuan umat Islam dan menjalin kerja sama dengan berbagai organisasi Islam lainnya.

Penutup

Muhammadiyah telah membuktikan eksistensinya sebagai organisasi Islam yang dinamis dan relevan dengan zaman. Dengan semangat yang sama, Muhammadiyah diharapkan dapat terus berkontribusi bagi kemajuan bangsa dan negara Indonesia.

Kata Kunci: Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan, Islam, pendidikan, kesehatan, dakwah, sosial, modernisasi, radikalisme

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "112 Tahun Muhammadiyah: Perjalanan Memakmurkan Bangsa," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, December 10, 2024, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2024/12/10/112-tahun-muhammadiyah-perjalanan-memakmurkan-bangsa/.
Afghan (Unmuh Barru)

Higher Education in Afghanistan

Unmuhbarru.ac.id, Jakarta – Afghanistan coloured the world through many ways of life. Islamic pictures of the contemporary Islamic world show the contribution of Afghanistan from side to side. Fortunately, the situation makes it go to a different path of colour. Higher education trapped in the political environment of the nation. Indeed the “war” brings them to the challenge of knowledge management.

Higher Education in Afghanistan

Afghanistan’s higher education system has faced significant challenges throughout its history, particularly during periods of conflict and political instability.1 Despite these obstacles, there have been notable efforts to expand access to higher education and improve its quality.2

Key challenges include:

  • Limited infrastructure: Many universities lack adequate facilities, libraries, and laboratories.3
  • Lack of qualified faculty: A shortage of experienced and well-trained professors hinders the quality of education.4
  • Security concerns: Ongoing conflict and instability create a challenging environment for students and faculty.5
  • Gender inequality: Women’s access to higher education remains limited, particularly in rural areas.6

Despite these challenges, some progress has been made:

  • Increased enrollment: The number of students enrolled in higher education has grown in recent years.
  • New universities: Several new public and private universities have opened, offering a wider range of programs.
  • International partnerships: Collaborations with foreign institutions have helped improve curriculum and research capabilities.7
  • Online learning: The development of online courses has expanded access to higher education for students in remote areas.

The future of higher education in Afghanistan depends on several factors, including:

  • Continued investment in infrastructure and resources
  • Improvement of security conditions
  • Promotion of gender equality
  • Strengthening of academic standards
  • Support from the international community

While challenges remain, there is potential for Afghanistan to develop a robust higher education system that contributes to the country’s economic and social development.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Higher Education in Afghanistan," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, December 8, 2024, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2024/12/08/higher-education-in-afghanistan/.