Cenrana (Unmuh Barru)

Masjid: Bukan Hanya Tempat Sujud, Survey Awal di Kec Cenrana

Unmuhbarru.ac.id, Maros – Cenrana, salah satu kecamatan di Kabupaten Maros menjadi rumah bagi poros Maros – Bone. Keberadaan masjid, bukan lagi tentang tempat sujud semata. Tetapi juga menjadi tempat singgah.

Bahkan ada masjid yang dinamakan masjid musafir. Dimana pengendara singgah dan juga menyelesaikan hajatnya ketika sementara dalam perjalanan.

Ini gambaran awal dari kunjungan di Cenrana dalam kaitan kegiatan KKL STAI DDI Maros.  Sebuah survei awal yang dilakukan di Kecamatan Cenrana telah mengungkap dimensi yang lebih luas dari peran masjid dalam kehidupan masyarakat. Masjid, selama ini dikenal sebagai tempat ibadah utama umat Islam, ternyata memiliki fungsi yang jauh melampaui sekadar tempat sujud. Hasil survei ini memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang bagaimana masjid menjadi pusat kegiatan sosial, pendidikan, dan bahkan ekonomi bagi masyarakat setempat.

Salah satu temuan menarik dari survei adalah peran masjid sebagai pusat kegiatan sosial. Masjid tidak hanya menjadi tempat berkumpulnya umat Islam untuk melaksanakan ibadah sholat berjamaah, tetapi juga menjadi wadah bagi berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan. Mulai dari pengajian rutin, kelompok belajar Al-Quran, hingga kegiatan sosial lainnya seperti bakti sosial dan penggalangan dana untuk membantu sesama. Hal ini menunjukkan bahwa masjid memiliki peran yang sangat penting dalam mempererat tali silaturahmi dan membangun rasa kebersamaan di antara warga.

Selain sebagai pusat kegiatan sosial, masjid juga berfungsi sebagai pusat pendidikan bagi masyarakat. Banyak masjid yang menyelenggarakan berbagai program pendidikan, seperti taman pendidikan Al-Quran (TPA), sekolah minggu, hingga kursus-kursus keterampilan. Melalui program-program pendidikan ini, masjid berperan aktif dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia di masyarakat. Anak-anak dan remaja mendapatkan pendidikan agama yang baik, sementara orang dewasa dapat mengembangkan potensi diri melalui berbagai keterampilan yang dipelajari.

Tidak hanya itu, survei juga menunjukkan bahwa masjid memiliki peran penting dalam perekonomian masyarakat. Banyak masjid yang memiliki usaha ekonomi produktif, seperti koperasi, warung, atau toko. Usaha-usaha ekonomi ini tidak hanya memberikan keuntungan bagi masjid, tetapi juga memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Masyarakat dapat memperoleh kebutuhan sehari-hari dengan harga yang terjangkau, sekaligus membantu meningkatkan perekonomian masjid.

Dari hasil survei awal di Kecamatan Cenrana ini, dapat disimpulkan bahwa masjid memiliki peran yang sangat strategis dalam kehidupan masyarakat. Masjid bukan hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat kegiatan sosial, pendidikan, dan ekonomi. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk terus mengembangkan potensi masjid agar dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Masjid: Bukan Hanya Tempat Sujud, Survey Awal di Kec Cenrana," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, January 21, 2025, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2025/01/21/masjid-bukan-hanya-tempat-sujud-survey-awal-di-kec-cenrana/.
Alwi Hamu (Unmuh Barru)

Warisan Alwi Hamu Bagi Pendidikan Indonesia

Unmuhbarru.ac.id, Barru – Alwi Hamu, sosok yang dikenal luas sebagai pionir media massa di Indonesia Timur dan juga tokoh pers nasional, juga memiliki kontribusi yang signifikan dalam dunia pendidikan. Meskipun kiprahnya lebih sering dikaitkan dengan jurnalistik dan bisnis media, namun dedikasinya dalam membangun lembaga pendidikan tidak kalah penting. Warisan pendidikan yang ditinggalkannya menjadi bukti nyata bahwa seorang tokoh media juga dapat menjadi pelopor perubahan di bidang pendidikan.

Salah satu kontribusi terbesar Alwi Hamu dalam bidang pendidikan adalah pendirian Universitas Fajar dan Institut Keuangan dan Bisnis Nitro. Universitas dan institut ini dalam konteks perguruan tinggi didirikan dengan visi untuk menghasilkan lulusan yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki jiwa kepemimpinan dan sosial yang tinggi. Melalui Universitas Fajar dan IBK Nitro, Alwi Hamu ingin memberikan akses pendidikan yang lebih luas bagi masyarakat, khususnya di wilayah Indonesia Timur.

Selain mendirikan universitas, Alwi Hamu juga aktif dalam mengembangkan berbagai program pendidikan lainnya, bahkan menjangkau Surabaya dengan nama Politeknik NSC. Ia menyadari pentingnya pendidikan karakter bagi generasi muda, sehingga banyak program yang dirancang untuk menanamkan nilai-nilai moral dan etika kepada mahasiswa. Program-program ini tidak hanya dilaksanakan di lingkungan kampus, tetapi juga melibatkan masyarakat luas.

Sebagai seorang pengusaha sukses, Alwi Hamu juga memberikan perhatian khusus pada pendidikan vokasi. Ia melihat bahwa pendidikan vokasi memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, ia menginisiasi berbagai program pelatihan dan pengembangan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja.

Warisan pendidikan Alwi Hamu tidak hanya dirasakan oleh masyarakat di Sulawesi Selatan, tetapi juga oleh masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Tiga perguruan tinggi tersebut dalam naungan Yayasan Pendidikan Fajar telah melahirkan banyak alumni yang sukses berkarier di berbagai bidang, baik di dalam maupun di luar negeri. Alumni-alumni ini tidak hanya menjadi aset bagi bangsa, tetapi juga menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus belajar dan mengembangkan diri.

Kepemimpinan Alwi Hamu dalam dunia pendidikan menjadi contoh nyata bahwa pendidikan adalah investasi jangka panjang yang sangat penting. Melalui dedikasinya, ia telah membuktikan bahwa pendidikan dapat menjadi alat untuk mengubah hidup individu dan masyarakat. Warisan pendidikan yang ditinggalkannya akan terus menginspirasi generasi penerus untuk terus berkontribusi dalam membangun bangsa.

Dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini, warisan Alwi Hamu masih sangat relevan. Tantangan di bidang pendidikan masih banyak, seperti kesenjangan akses, kualitas pendidikan yang belum merata, dan relevansi pendidikan dengan dunia kerja. Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, diperlukan semangat inovasi dan kreativitas seperti yang pernah ditunjukkan oleh Alwi Hamu.

Sebagai penutup, dapat dikatakan bahwa Alwi Hamu tidak hanya seorang tokoh media yang sukses, tetapi juga seorang pendidik yang visioner. Warisan pendidikan yang ditinggalkannya akan terus hidup dan berkembang, memberikan manfaat bagi generasi sekarang dan masa depan.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Warisan Alwi Hamu Bagi Pendidikan Indonesia," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, January 18, 2025, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2025/01/18/warisan-alwi-hamu-bagi-pendidikan-indonesia/.
Student Mobility 2025 (Unmuh Barru)

Mengenal Student Mobility dan SEAAM: Jembatan Menuju Jejaring Asia Tenggara

Unmuhbarru.ac.id, Barru – Pernahkah Anda memerlukan jejaring kerjasama dengan kampus ternama di negara lain? Atau mungkin ingin merasakan perjalanan di budaya yang berbeda? Jika ya, maka Anda tidak sendirian. Semakin banyak mahasiswa yang tertarik untuk mengikuti program student mobility. Apa itu student mobility dan bagaimana kaitannya dengan SEAAM? Mari kita bahas lebih lanjut.

Student mobility adalah program yang memungkinkan mahasiswa untuk belajar di perguruan tinggi lain, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Program ini bisa berlangsung dalam jangka waktu yang singkat, seperti satu bulan, atau bahkan satu semester. Tujuan utama dari student mobility adalah untuk memperluas wawasan, meningkatkan kemampuan beradaptasi, dan membangun jaringan internasional.

Salah satu organisasi regional yang sangat mendukung program student mobility adalah SEAAM. SEAAM merupakan jejaring untuk kerjasama di Asia Tenggara. Dalam konteks pendidikan, SEAAM memfasilitasi kegiatan mahasiswa antar negara anggota.

Dengan mengikuti program student mobility yang dilaksanakan SEAAM, mahasiswa akan memiliki kesempatan untuk belajar dari berbagai perspektif, berinteraksi dengan mahasiswa dari negara lain, dan meningkatkan kemampuan bahasa asing. Selain itu, mahasiswa juga akan mendapatkan pengalaman tinggal di budaya yang berbeda, yang akan sangat bermanfaat untuk pengembangan diri.

Lalu, apa saja keuntungan mengikuti program student mobility? Pertama, mahasiswa akan mendapatkan pengalaman belajar yang lebih kaya. Mereka akan terpapar pada berbagai metode pembelajaran, kurikulum, dan budaya akademik yang berbeda. Kedua, mahasiswa akan meningkatkan kemampuan bahasa asing. Ketiga, mahasiswa akan membangun jaringan internasional yang luas, yang akan sangat berguna untuk karir mereka di masa depan.

Namun, mengikuti program student mobility juga memiliki tantangan tersendiri. Salah satu tantangan terbesar adalah adaptasi dengan lingkungan baru. Mahasiswa harus menyesuaikan diri dengan budaya yang berbeda, sistem pendidikan yang berbeda, dan bahasa yang berbeda. Selain itu, mahasiswa juga harus menghadapi masalah-masalah seperti homesickness dan kesulitan dalam mengurus administrasi.

Meskipun demikian, keuntungan yang diperoleh dari mengikuti program student mobility jauh lebih besar dibandingkan dengan tantangannya. Oleh karena itu, jika Anda memiliki kesempatan untuk mengikuti program student mobility, jangan ragu untuk memanfaatkannya. Program ini akan memberikan pengalaman yang tak terlupakan dan membuka pintu menuju masa depan yang lebih cerah.

Sebagai penutup, student mobility merupakan program yang sangat bermanfaat bagi mahasiswa yang ingin mengembangkan diri dan memperluas wawasan. Dengan dukungan dari SEAAM, program ini semakin mudah diakses oleh mahasiswa dari berbagai negara di Asia Tenggara.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Mengenal Student Mobility dan SEAAM: Jembatan Menuju Jejaring Asia Tenggara," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, January 15, 2025, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2025/01/15/mengenal-student-mobility-dan-seaam-jembatan-menuju-jejaring-asia-tenggara/.
Jepang (Unmuh Barru)

Lebih dari Sekadar Magang: Transformasi Diri di Tengah Budaya Kerja Jepang

Unmuhbarru.ac.id, Barru – Jepang, negeri sakura yang terkenal dengan disiplin dan etos kerjanya yang tinggi, telah lama menjadi tujuan menarik bagi para pencari pengalaman kerja. Melalui program magang, banyak pemuda-pemudi dari berbagai belahan dunia berkesempatan untuk merasakan langsung bagaimana bekerja di perusahaan-perusahaan Jepang. Namun, pengalaman magang di Jepang ternyata menawarkan lebih dari sekadar kesempatan untuk menambah daftar riwayat hidup.

Budaya kerja Jepang, yang seringkali digambarkan sebagai sangat kompetitif dan menuntut, ternyata juga menyimpan banyak nilai-nilai positif yang dapat membentuk karakter seseorang. Konsep *kaizen* (perbaikan terus-menerus), *teamwork* (kerja sama tim), dan *seishin* (semangat) adalah beberapa contoh nilai-nilai yang sangat dihargai dalam dunia kerja Jepang. Melalui program magang, peserta akan diajak untuk mengadopsi nilai-nilai tersebut dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu hal yang paling mencolok dari budaya kerja Jepang adalah penekanan pada detail dan kualitas. Pekerja Jepang sangat memperhatikan setiap aspek pekerjaan mereka, dari yang paling besar hingga yang paling kecil. Hal ini menuntut mereka untuk memiliki tingkat ketelitian dan ketekunan yang tinggi. Bagi peserta magang, ini adalah kesempatan emas untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut.

Selain itu, budaya kerja Jepang juga sangat menghargai hierarki dan rasa hormat. Peserta magang akan belajar untuk menghormati atasan mereka dan rekan kerja yang lebih senior. Mereka juga akan diajarkan untuk berkomunikasi secara efektif dan membangun hubungan yang baik dengan orang-orang di sekitar mereka. Keterampilan-keterampilan ini sangat berguna dalam kehidupan profesional maupun pribadi.

Program magang di Jepang juga seringkali melibatkan kegiatan di luar jam kerja. Peserta magang akan diajak untuk mengikuti berbagai acara sosial dan budaya, seperti mengunjungi kuil, mengikuti kelas kaligrafi, atau bahkan mengikuti festival tradisional. Kegiatan-kegiatan ini tidak hanya menyenangkan, tetapi juga memberikan kesempatan bagi peserta magang untuk lebih memahami budaya Jepang dan berinteraksi dengan masyarakat setempat.

Pengalaman magang di Jepang tidak hanya memberikan manfaat bagi peserta magang, tetapi juga bagi perusahaan yang menerima mereka. Peserta magang dapat membawa ide-ide segar dan perspektif baru ke dalam perusahaan. Selain itu, mereka juga dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja.

Bagi banyak peserta magang, pengalaman di Jepang merupakan titik balik dalam hidup mereka. Mereka kembali ke negara asal dengan membawa pengetahuan dan keterampilan baru, serta pandangan hidup yang lebih luas. Pengalaman magang di Jepang telah membantu mereka untuk tumbuh sebagai individu yang lebih mandiri, bertanggung jawab, dan berorientasi pada tujuan.

Dalam kesimpulannya, pengalaman magang di Jepang menawarkan lebih dari sekadar kesempatan untuk bekerja. Ini adalah sebuah perjalanan transformasi diri yang dapat mengubah hidup seseorang. Bagi mereka yang ingin mengembangkan diri dan meraih kesuksesan dalam karir, program magang di Jepang adalah pilihan yang sangat menarik.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Lebih dari Sekadar Magang: Transformasi Diri di Tengah Budaya Kerja Jepang," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, January 15, 2025, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2025/01/15/lebih-dari-sekadar-magang-transformasi-diri-di-tengah-budaya-kerja-jepang/.
Turkiye (Unmuh Barru)

Turkiye and Southeast Asia: Bridging the Higher Education Intercontinental

Unmuhbarru.ac.id, Barru – Higher education has become a vital tool for fostering global understanding and cooperation. In this context, the relationship between Turkiye and Southeast Asia presents a unique opportunity for intercontinental collaboration. By leveraging their respective strengths, both regions can create a dynamic and enriching educational landscape.

One key area of focus for Turkiye and Southeast Asia could be the exchange of students and faculty. Encouraging mobility between institutions would expose students to diverse perspectives and research methodologies, broadening their horizons and fostering intercultural understanding. Additionally, faculty exchanges would facilitate the sharing of knowledge and expertise, leading to collaborative research projects and the development of innovative teaching practices.

Another avenue for collaboration lies in the development of joint degree programs. By combining the strengths of Turkish and Southeast Asian universities, these programs could offer students a unique and valuable educational experience. For example, a joint degree in engineering could integrate Turkish expertise in technology with Southeast Asia’s focus on sustainable development.

Furthermore, Turkiye and Southeast Asia could collaborate on research initiatives of mutual interest. The regions share common challenges, such as climate change, economic development, and social issues. By pooling their resources and expertise, they can address these challenges more effectively and generate impactful solutions.

To facilitate these collaborations, it is crucial to establish strong institutional partnerships between universities in Turkiye and Southeast Asia. These partnerships should focus on building trust, fostering communication, and creating sustainable mechanisms for collaboration. Regular conferences, workshops, and online platforms can provide valuable opportunities for networking and knowledge sharing.

Moreover, governments in both regions can play a crucial role in supporting higher education collaborations. By providing scholarships, funding research projects, and streamlining visa processes, governments can create an enabling environment for academic exchange.

In addition to formal collaborations, cultural exchange programs can also play a significant role in bridging the gap between Turkiye and Southeast Asia. By organizing student cultural events, language exchange programs, and joint research projects on cultural heritage, these initiatives can foster mutual understanding and appreciation.

In conclusion, the potential for collaboration between Turkiye and Southeast Asia in higher education is immense. By leveraging their respective strengths and addressing the challenges, both regions can create a dynamic and enriching educational landscape that benefits students, faculty, and society as a whole.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Turkiye and Southeast Asia: Bridging the Higher Education Intercontinental," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, January 15, 2025, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2025/01/15/turkiye-and-southeast-asia-bridging-the-higher-education-intercontinental/.
East Asia (Unmuh Barru)

Exploring Higher Education in East Asia

Unmuhbarru.ac.id, Barru – East Asia has emerged as a global hub for higher education, boasting renowned institutions and a strong emphasis on academic excellence.1 Countries like Japan, China, and South Korea have invested heavily in their tertiary education systems, leading to significant advancements in research, innovation, and economic development.

Japan, with its rich history of scholarly tradition, has cultivated a unique higher education landscape.2 The country is home to prestigious universities such as the University of Tokyo and Kyoto University, known for their rigorous academic standards and cutting-edge research facilities.3 The Japanese education system emphasizes discipline, perseverance, and a deep respect for knowledge.4 Students are often expected to dedicate long hours to their studies, fostering a culture of intense academic competition.5

China, on the other hand, has experienced rapid growth in its higher education sector in recent decades.6 The Chinese government has prioritized expanding access to higher education, leading to a surge in the number of universities and colleges across the country.7 Chinese universities are increasingly recognized for their contributions to scientific research, particularly in fields like engineering and technology.8 However, the Chinese higher education system has also faced criticism for its emphasis on rote learning and conformity.9

South Korea has also made significant strides in improving its higher education system. The country has invested heavily in research and development, fostering a culture of innovation and entrepreneurship among its students.10 South Korean universities are known for their strong ties to industry, providing students with valuable practical experience and career opportunities. However, the South Korean education system has been criticized for its intense pressure on students to succeed, leading to concerns about mental health and well-being.11

Indonesia, with its diverse population and rich cultural heritage, has the potential to become a leading force in higher education in Southeast Asia. However, the Indonesian higher education system faces several challenges, including limited resources, inadequate infrastructure, and a lack of qualified faculty.12 To improve the quality of higher education in Indonesia, it is crucial to invest in research and development, promote innovation, and enhance the skills of educators.13

One of the key lessons that Indonesia can learn from East Asia is the importance of government support. The governments of Japan, China, and South Korea have played a crucial role in funding research, expanding access to higher education, and promoting international collaboration. Indonesia can emulate this approach by increasing government funding for higher education institutions, providing scholarships to talented students, and encouraging international partnerships.

Another valuable lesson is the emphasis on quality over quantity. While expanding access to higher education is important, it is equally crucial to ensure the quality of education provided. East Asian countries have prioritized improving the quality of teaching and research, leading to significant advancements in their higher education systems. Indonesia can learn from this by implementing rigorous quality assurance mechanisms, attracting talented faculty, and promoting a culture of research and innovation.

Furthermore, East Asia has demonstrated the importance of adapting to the changing needs of the global economy. The rapid pace of technological advancement has created a demand for highly skilled workers in fields like science, technology, engineering, and mathematics (STEM).14 East Asian countries have responded to this demand by investing in STEM education and promoting innovation in these fields. Indonesia can follow suit by strengthening its STEM education programs, encouraging entrepreneurship, and fostering a culture of innovation.

In conclusion, exploring the higher education systems of East Asia provides valuable insights for Indonesia. By learning from the successes and challenges of countries like Japan, China, and South Korea, Indonesia can improve the quality and relevance of its higher education system, thereby contributing to the country’s economic and social development.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Exploring Higher Education in East Asia," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, January 15, 2025, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2025/01/15/exploring-higher-education-in-east-asia/.
Pendidikan Transformatif (Unmuh Barru)

Pedagogik Transformatif: Pendidikan yang Memberdayakan

Unmuhbarru.ac.id, Barru – Dalam kondisi yang dinamis, pendidikan tidak hanya sekadar transfer pengetahuan, tetapi juga harus menjadi proses transformasi yang mendalam. Pedagogik transformatif hadir sebagai sebuah paradigma baru dalam dunia pendidikan yang menekankan pada pengembangan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif peserta didik. Pendekatan ini tidak hanya sebatas membekali siswa dengan pengetahuan akademik, melainkan juga mendorong mereka untuk menjadi warga negara yang aktif, bertanggung jawab, dan mampu menghadapi kompleksitas permasalahan dunia nyata.

Konsep pedagogik transformatif berakar pada pandangan bahwa pendidikan adalah sebuah proses yang berkelanjutan dan melibatkan seluruh aspek kehidupan manusia. Pendidikan tidak hanya terjadi di dalam ruang kelas, tetapi juga di luar sekolah, dalam interaksi sosial, dan pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu, pedagogik transformatif menekankan pentingnya pembelajaran yang relevan dengan konteks sosial dan budaya peserta didik.

Salah satu ciri khas pedagogik transformatif adalah penekanan pada pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning). Dalam pendekatan ini, pembelajaran dimulai dari permasalahan nyata yang dihadapi oleh peserta didik atau masyarakat. Dengan demikian, peserta didik tidak hanya belajar teori, tetapi juga belajar bagaimana menerapkan pengetahuan mereka untuk menyelesaikan masalah. Misalnya, dalam mata pelajaran sains, siswa dapat diajak untuk meneliti kualitas air di lingkungan sekitar mereka dan mencari solusi untuk mengatasi masalah pencemaran.

Selain itu, pedagogik transformatif juga menekankan pentingnya pembelajaran kooperatif. Melalui kerja sama dalam kelompok, peserta didik dapat saling belajar, berbagi ide, dan mengembangkan kemampuan sosial mereka. Pembelajaran kooperatif tidak hanya meningkatkan prestasi akademik, tetapi juga memupuk sikap saling menghormati, toleransi, dan kerja sama yang merupakan nilai-nilai penting dalam masyarakat demokratis.

Dalam konteks Indonesia, pedagogik transformatif memiliki relevansi yang sangat tinggi. Negara kita sedang menghadapi berbagai tantangan kompleks, seperti masalah kemiskinan, ketidaksetaraan, dan kerusakan lingkungan. Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, kita membutuhkan generasi muda yang memiliki kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Pedagogik transformatif dapat menjadi salah satu solusi untuk mempersiapkan generasi muda Indonesia agar mampu menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian.

Namun, penerapan pedagogik transformatif di Indonesia masih menghadapi berbagai kendala. Salah satu kendala utama adalah kurangnya dukungan dari pemerintah dan masyarakat terhadap inovasi dalam pendidikan. Selain itu, masih banyak guru yang belum memiliki kompetensi yang memadai untuk menerapkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.

Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak. Pemerintah perlu membuat kebijakan yang mendukung pengembangan pendidikan yang berkualitas dan relevan. Sekolah perlu menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung pembelajaran yang inovatif. Guru perlu diberikan pelatihan yang berkelanjutan untuk meningkatkan kompetensi mereka. Masyarakat juga perlu terlibat aktif dalam mendukung pendidikan anak-anak.

Dengan demikian, pedagogik transformatif bukan hanya sebuah teori pendidikan, tetapi juga sebuah gerakan yang bertujuan untuk menciptakan perubahan yang lebih baik. Melalui pendekatan ini, kita dapat melahirkan generasi muda yang cerdas, kreatif, dan berkarakter, serta mampu berkontribusi dalam membangun masa depan Indonesia yang lebih cerah.

Isu-isu Kontemporer dalam Pendidikan Indonesia

Dalam konteks global yang menghubungkan setiap negara dalam pelbagai kondisi, pendidikan menghadapi berbagai tantangan baru. Beberapa isu kontemporer yang relevan dengan pedagogik transformatif antara lain:

  • Revolusi industri: Perkembangan teknologi digital telah mengubah lanskap pekerjaan secara drastis. Pendidikan perlu mempersiapkan peserta didik untuk memiliki keterampilan abad ke-21, seperti berpikir komputasional, kreativitas, dan kemampuan beradaptasi dengan perubahan yang cepat.
  • Ketimpangan sosial: Ketimpangan sosial yang semakin lebar menjadi tantangan serius bagi pendidikan. Pendidikan harus mampu memberikan kesempatan yang sama bagi semua anak, terlepas dari latar belakang sosial ekonomi mereka.
  • Krisis iklim: Perubahan iklim merupakan ancaman nyata bagi keberlangsungan hidup manusia. Pendidikan perlu membekali peserta didik dengan pengetahuan dan keterampilan untuk mengatasi masalah lingkungan dan membangun masyarakat yang berkelanjutan.
  • Disinformasi dan hoaks: Maraknya penyebaran informasi palsu di media sosial menjadi tantangan besar dalam pendidikan. Pendidikan perlu mengajarkan peserta didik untuk berpikir kritis, mengevaluasi sumber informasi, dan memilah informasi yang benar dan salah.

Pedagogik transformatif menawarkan sebuah kerangka kerja yang komprehensif untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut. Dengan menekankan pada pengembangan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif, pedagogik transformatif dapat membantu peserta didik menjadi warga negara yang aktif, bertanggung jawab, dan mampu menghadapi kompleksitas permasalahan dunia nyata.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Pedagogik Transformatif: Pendidikan yang Memberdayakan," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, January 8, 2025, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2025/01/08/pedagogik-transformatif-pendidikan-yang-memberdayakan/.
Penelitian Eropa Barat (Unmuh Barru)

Pendidikan, Teknologi, dan Digitalisasi di Eropa Barat

Unmuhbarru.ac.id, Barru – Eropa Barat, sebagai kawasan yang telah lama menjadi kiblat pendidikan dunia, kini semakin memantapkan posisinya dengan mengintegrasikan teknologi dan digitalisasi ke dalam sistem pendidikannya. Transformasi digital yang terjadi begitu cepat telah mengubah lanskap pendidikan secara fundamental, melahirkan metode pembelajaran yang lebih interaktif, personal, dan efisien.

Salah satu ciri khas pendidikan di Eropa Barat adalah penekanan pada pembelajaran berbasis proyek. Dengan memanfaatkan berbagai perangkat lunak dan platform digital, siswa didorong untuk bekerja sama dalam tim, memecahkan masalah nyata, dan mengembangkan keterampilan abad ke-21 seperti kreativitas, berpikir kritis, dan komunikasi. Teknologi juga memfasilitasi akses terhadap sumber belajar yang tak terbatas, memungkinkan siswa untuk menggali pengetahuan lebih dalam dan sesuai dengan minat masing-masing.

Perguruan tinggi di Eropa Barat telah menjadi pelopor dalam pengembangan program studi yang menggabungkan aspek teknologi dan digitalisasi. Jurusan-jurusan seperti ilmu data, kecerdasan buatan, dan keamanan siber semakin populer, mencerminkan kebutuhan pasar kerja yang terus berkembang. Selain itu, banyak universitas juga menawarkan program pembelajaran daring yang fleksibel, memungkinkan siswa dari berbagai latar belakang untuk mengikuti pendidikan tinggi tanpa harus terikat oleh ruang dan waktu.

Selain di tingkat perguruan tinggi, digitalisasi juga telah merambah ke jenjang pendidikan dasar dan menengah. Sekolah-sekolah di Eropa Barat semakin banyak yang dilengkapi dengan infrastruktur teknologi yang memadai, seperti komputer, tablet, dan akses internet berkecepatan tinggi. Guru-guru juga diberikan pelatihan untuk memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran, misalnya dengan menggunakan aplikasi pembelajaran interaktif, video pembelajaran, dan platform pembelajaran online.

Salah satu dampak positif dari digitalisasi dalam pendidikan adalah meningkatnya personalisasi pembelajaran. Dengan memanfaatkan data pembelajaran siswa, guru dapat merancang program pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan gaya belajar masing-masing siswa. Hal ini memungkinkan setiap siswa untuk belajar dengan ritme yang berbeda dan mencapai potensi maksimalnya.

Selain itu, digitalisasi juga mendorong kolaborasi antara sekolah, universitas, industri, dan pemerintah. Platform digital memungkinkan berbagi sumber daya, pengetahuan, dan best practices, sehingga kualitas pendidikan secara keseluruhan dapat ditingkatkan. Kolaborasi ini juga membuka peluang bagi siswa untuk terlibat dalam proyek riset yang relevan dengan industri, sehingga mereka lebih siap menghadapi dunia kerja setelah lulus.

Dalam beberapa tahun terakhir, Eropa Barat telah menunjukkan komitmen yang kuat untuk terus mengembangkan pendidikan berbasis teknologi. Investasi dalam infrastruktur teknologi, pengembangan kurikulum yang relevan, dan pelatihan guru merupakan langkah-langkah penting untuk memastikan bahwa generasi muda memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk sukses di era digital.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Pendidikan, Teknologi, dan Digitalisasi di Eropa Barat," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, January 8, 2025, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2025/01/08/pendidikan-teknologi-dan-digitalisasi-di-eropa-barat/.
Eropa Barat (Unmuh Barru)

Pendidikan Prancis: Warisan Kualitas dan Inovasi

Unmuhbarru.ac.id, Barru – Prancis, negara yang dikenal dengan keindahan seni, budaya, dan kulinernya, juga memiliki sistem pendidikan yang diakui dunia. Sistem pendidikan Prancis telah berhasil mencetak generasi demi generasi individu yang cerdas, kreatif, dan kritis. Kualitas pendidikan di Prancis ini tidak lepas dari sejarah panjang, komitmen pemerintah, serta pendekatan yang inovatif dalam pembelajaran.

Salah satu ciri khas pendidikan Prancis adalah penekanan pada kesetaraan. Setiap anak, tanpa memandang latar belakang sosial atau ekonomi, memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan berkualitas. Hal ini tercermin dalam kebijakan pendidikan yang inklusif dan tersedianya berbagai program beasiswa. Kurikulum yang diterapkan juga dirancang untuk mengembangkan potensi setiap siswa secara maksimal, baik dalam bidang akademik maupun non-akademik.

Sistem pendidikan di Prancis terstruktur, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Pada tingkat dasar, fokus utama adalah membangun fondasi pengetahuan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung. Seiring bertambahnya usia, siswa akan diperkenalkan pada berbagai disiplin ilmu yang lebih kompleks. Kurikulum yang fleksibel memungkinkan siswa untuk memilih jalur pendidikan yang sesuai dengan minat dan bakat mereka.

Salah satu keunggulan pendidikan Prancis adalah kualitas tenaga pengajarnya. Guru-guru di Prancis umumnya memiliki kualifikasi yang tinggi dan sangat berdedikasi. Mereka tidak hanya berperan sebagai pemberi materi, tetapi juga sebagai mentor yang membimbing siswa dalam mengembangkan potensi diri. Selain itu, sekolah-sekolah di Prancis juga dilengkapi dengan fasilitas yang memadai, seperti perpustakaan, laboratorium, dan ruang kelas yang nyaman.

Pendidikan Prancis juga menekankan pentingnya pembelajaran sepanjang hayat. Siswa didorong untuk terus belajar dan mengembangkan diri, baik selama masa studi maupun setelah lulus. Hal ini sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin cepat, di mana tuntutan terhadap sumber daya manusia semakin tinggi.

Inovasi merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan Prancis. Pemerintah Prancis terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan mendorong penerapan teknologi dalam proses pembelajaran. Selain itu, berbagai program kerjasama internasional juga dilakukan untuk memperkaya pengalaman belajar siswa.

Sebagai penutup, pendidikan Prancis merupakan contoh yang baik tentang bagaimana sebuah sistem pendidikan dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas dan siap menghadapi tantangan global. Dengan sejarah yang panjang, komitmen pemerintah, dan pendekatan yang inovatif, pendidikan Prancis terus menjadi rujukan bagi negara-negara lain yang ingin meningkatkan kualitas pendidikannya.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Pendidikan Prancis: Warisan Kualitas dan Inovasi," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, January 8, 2025, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2025/01/08/pendidikan-prancis-warisan-kualitas-dan-inovasi/.
Tsunami (Unmuh Barru)

20 years of Tsunami in Aceh: Lesson Learned, Resilience, and Disaster Mitigation

Unmuhbarru.ac.id, Bima – The devastating 2004 Indian Ocean tsunami, which struck Aceh, Indonesia, on December 26th, 2004, remains a poignant reminder of the immense power of nature and the importance of preparedness. This catastrophic event, triggered by a massive undersea earthquake, claimed over 170,000 lives in Aceh alone, leaving a trail of destruction that impacted countless families and communities.

In the aftermath of this tragedy, Aceh embarked on a remarkable journey of recovery and resilience. The province has invested heavily in early warning systems, including a network of tsunami detection buoys and sirens, designed to alert coastal communities of impending danger. Furthermore, significant strides have been made in improving building codes and infrastructure, with a focus on constructing more resilient structures capable of withstanding the forces of nature.   

The Aceh tsunami served as a stark wake-up call, highlighting the critical need for comprehensive disaster preparedness and mitigation strategies. The province has actively engaged in community-based disaster education programs, empowering local residents with the knowledge and skills to respond effectively during emergencies. Evacuation drills, first aid training, and the establishment of community-based disaster response teams have become integral components of these efforts.

Moreover, Aceh has fostered strong partnerships with international organizations and non-governmental organizations to enhance its disaster management capabilities. These collaborations have facilitated the sharing of best practices, the transfer of technology, and the development of sustainable disaster risk reduction programs.   

Looking ahead, Aceh continues to face ongoing challenges, including the threat of future tsunamis and other natural hazards. The province recognizes the importance of sustained efforts in disaster risk reduction, including continuous improvement of early warning systems, strengthening of building codes, and ongoing community-based education and preparedness programs.

By embracing a culture of preparedness and resilience, Aceh strives to minimize the impact of future disasters and ensure the safety and well-being of its people. The legacy of the 2004 tsunami serves as a powerful reminder of the importance of learning from the past, adapting to the challenges of the present, and building a more resilient future for all.

The 2004 Aceh tsunami serves as a poignant reminder of the devastating consequences of natural disasters and the importance of preparedness. The resilience displayed by the Acehnese people in the face of immense adversity is a testament to the human spirit’s ability to overcome even the most challenging circumstances.

Through their collective efforts in rebuilding their communities and implementing robust disaster mitigation strategies, the people of Aceh have demonstrated a commitment to ensuring that future generations are better equipped to face the challenges posed by natural hazards.

The legacy of the Aceh tsunami extends far beyond the shores of Indonesia, serving as a global catalyst for improved disaster preparedness and response efforts. The lessons learned from this tragedy have informed the development of early warning systems, the strengthening of building codes, and the implementation of community-based disaster risk reduction programs worldwide.

As the world continues to grapple with the increasing frequency and intensity of natural disasters, the experiences of Aceh stand as a powerful reminder of the critical importance of investing in preparedness, fostering resilience, and working together to build a safer and more sustainable future for all.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "20 years of Tsunami in Aceh: Lesson Learned, Resilience, and Disaster Mitigation," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, December 26, 2024, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2024/12/26/20-years-of-tsunami-in-aceh-lesson-learned-resilience-and-disaster-mitigation/.