Unmuhbarru.ac.id, Barru – Bulan perayaan datang menghampiri, tidak saja soal rutinitas waktu belaka. Ramadan datang membawa pelbagai hal, diantaranya kesempatan. Begitu pula dengan peluang. Termasuk peluang untuk belajar dan instropeksi diri.
Bahkan dengan siklus waktu wujudnya bulan suci ini juga sebagai instrumen untuk berlatih. Termasuk dalam soal tulis menulis dan juga penelitian serta publikasi. Kita mengenal satu kata yang menjadi rutinitas Ramadan yaitu tadarus.
Selama sebulan akan menjadi “banjir” data. Dengan pelbagai cara dan gaya, masing-masing kita dapat mengekspresikan pemahaman terkait dengan data. Maka, dengan kesempatan ini dapatlah juga digunakan untuk tadarus dalam arti yang luas. Tidak setakat mendaras kembali bacaan Alquran yang memang sudah menjadi aktivitas utama dan pertama, senyampang itu dapat pula digunakan untuk mendaras tema-tema penelitian. Dimana kemahiran meneliti, merupakan hajat pekerjaan bagi seorang dosen.
Sarana publikasi kini dengan mudah diakses siapapun, dimanapun, dan kapanpun. Bahkan ada masjid yang menyediakan wifi untuk jamaah. Sehingga memungkinkan untuk tetap terhubung dengan dunia maya di masjid sekalipun. Apalagi kalau café, atau kampus. Sudah menjadi sarana wajib tersedia.
Setiap kita, masing-masing memiliki cara kerja yang beragam. Dengan keragaman itu menjadi peluang dan kesempatan untuk memublikasikan “ekspresi beragama” tadi. Bahkan dipahami bahwa tidur orang berpuasa merupakan pahala, apalagi kalau puasa dijalankan dengan aktivitas membaca yang sejatinya adalah perintah awal dalam turunnnya ayat Alquran.
Olehnya, ramadan di era digital dan sekaligus tersedianya media sosial akan semarak dengan mengunggah konten-konten sekaitan dengan Ramadan di sekeliling kita masing-masing. Bukan hanya dengan meneruskan apa yang diterima di grup media percakapan. Tetapi sekaligus menjadi bagian dalam produksi keilmuan. Sehingga unggahan secara pribadi merupahan hasil pembacaan yang otentik dan original.