East Asia (Unmuh Barru)

Exploring Higher Education in East Asia

Unmuhbarru.ac.id, Barru – East Asia has emerged as a global hub for higher education, boasting renowned institutions and a strong emphasis on academic excellence.1 Countries like Japan, China, and South Korea have invested heavily in their tertiary education systems, leading to significant advancements in research, innovation, and economic development.

Japan, with its rich history of scholarly tradition, has cultivated a unique higher education landscape.2 The country is home to prestigious universities such as the University of Tokyo and Kyoto University, known for their rigorous academic standards and cutting-edge research facilities.3 The Japanese education system emphasizes discipline, perseverance, and a deep respect for knowledge.4 Students are often expected to dedicate long hours to their studies, fostering a culture of intense academic competition.5

China, on the other hand, has experienced rapid growth in its higher education sector in recent decades.6 The Chinese government has prioritized expanding access to higher education, leading to a surge in the number of universities and colleges across the country.7 Chinese universities are increasingly recognized for their contributions to scientific research, particularly in fields like engineering and technology.8 However, the Chinese higher education system has also faced criticism for its emphasis on rote learning and conformity.9

South Korea has also made significant strides in improving its higher education system. The country has invested heavily in research and development, fostering a culture of innovation and entrepreneurship among its students.10 South Korean universities are known for their strong ties to industry, providing students with valuable practical experience and career opportunities. However, the South Korean education system has been criticized for its intense pressure on students to succeed, leading to concerns about mental health and well-being.11

Indonesia, with its diverse population and rich cultural heritage, has the potential to become a leading force in higher education in Southeast Asia. However, the Indonesian higher education system faces several challenges, including limited resources, inadequate infrastructure, and a lack of qualified faculty.12 To improve the quality of higher education in Indonesia, it is crucial to invest in research and development, promote innovation, and enhance the skills of educators.13

One of the key lessons that Indonesia can learn from East Asia is the importance of government support. The governments of Japan, China, and South Korea have played a crucial role in funding research, expanding access to higher education, and promoting international collaboration. Indonesia can emulate this approach by increasing government funding for higher education institutions, providing scholarships to talented students, and encouraging international partnerships.

Another valuable lesson is the emphasis on quality over quantity. While expanding access to higher education is important, it is equally crucial to ensure the quality of education provided. East Asian countries have prioritized improving the quality of teaching and research, leading to significant advancements in their higher education systems. Indonesia can learn from this by implementing rigorous quality assurance mechanisms, attracting talented faculty, and promoting a culture of research and innovation.

Furthermore, East Asia has demonstrated the importance of adapting to the changing needs of the global economy. The rapid pace of technological advancement has created a demand for highly skilled workers in fields like science, technology, engineering, and mathematics (STEM).14 East Asian countries have responded to this demand by investing in STEM education and promoting innovation in these fields. Indonesia can follow suit by strengthening its STEM education programs, encouraging entrepreneurship, and fostering a culture of innovation.

In conclusion, exploring the higher education systems of East Asia provides valuable insights for Indonesia. By learning from the successes and challenges of countries like Japan, China, and South Korea, Indonesia can improve the quality and relevance of its higher education system, thereby contributing to the country’s economic and social development.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Exploring Higher Education in East Asia," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, January 15, 2025, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2025/01/15/exploring-higher-education-in-east-asia/.
Pendidikan Transformatif (Unmuh Barru)

Pedagogik Transformatif: Pendidikan yang Memberdayakan

Unmuhbarru.ac.id, Barru – Dalam kondisi yang dinamis, pendidikan tidak hanya sekadar transfer pengetahuan, tetapi juga harus menjadi proses transformasi yang mendalam. Pedagogik transformatif hadir sebagai sebuah paradigma baru dalam dunia pendidikan yang menekankan pada pengembangan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif peserta didik. Pendekatan ini tidak hanya sebatas membekali siswa dengan pengetahuan akademik, melainkan juga mendorong mereka untuk menjadi warga negara yang aktif, bertanggung jawab, dan mampu menghadapi kompleksitas permasalahan dunia nyata.

Konsep pedagogik transformatif berakar pada pandangan bahwa pendidikan adalah sebuah proses yang berkelanjutan dan melibatkan seluruh aspek kehidupan manusia. Pendidikan tidak hanya terjadi di dalam ruang kelas, tetapi juga di luar sekolah, dalam interaksi sosial, dan pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu, pedagogik transformatif menekankan pentingnya pembelajaran yang relevan dengan konteks sosial dan budaya peserta didik.

Salah satu ciri khas pedagogik transformatif adalah penekanan pada pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning). Dalam pendekatan ini, pembelajaran dimulai dari permasalahan nyata yang dihadapi oleh peserta didik atau masyarakat. Dengan demikian, peserta didik tidak hanya belajar teori, tetapi juga belajar bagaimana menerapkan pengetahuan mereka untuk menyelesaikan masalah. Misalnya, dalam mata pelajaran sains, siswa dapat diajak untuk meneliti kualitas air di lingkungan sekitar mereka dan mencari solusi untuk mengatasi masalah pencemaran.

Selain itu, pedagogik transformatif juga menekankan pentingnya pembelajaran kooperatif. Melalui kerja sama dalam kelompok, peserta didik dapat saling belajar, berbagi ide, dan mengembangkan kemampuan sosial mereka. Pembelajaran kooperatif tidak hanya meningkatkan prestasi akademik, tetapi juga memupuk sikap saling menghormati, toleransi, dan kerja sama yang merupakan nilai-nilai penting dalam masyarakat demokratis.

Dalam konteks Indonesia, pedagogik transformatif memiliki relevansi yang sangat tinggi. Negara kita sedang menghadapi berbagai tantangan kompleks, seperti masalah kemiskinan, ketidaksetaraan, dan kerusakan lingkungan. Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, kita membutuhkan generasi muda yang memiliki kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Pedagogik transformatif dapat menjadi salah satu solusi untuk mempersiapkan generasi muda Indonesia agar mampu menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian.

Namun, penerapan pedagogik transformatif di Indonesia masih menghadapi berbagai kendala. Salah satu kendala utama adalah kurangnya dukungan dari pemerintah dan masyarakat terhadap inovasi dalam pendidikan. Selain itu, masih banyak guru yang belum memiliki kompetensi yang memadai untuk menerapkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.

Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak. Pemerintah perlu membuat kebijakan yang mendukung pengembangan pendidikan yang berkualitas dan relevan. Sekolah perlu menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung pembelajaran yang inovatif. Guru perlu diberikan pelatihan yang berkelanjutan untuk meningkatkan kompetensi mereka. Masyarakat juga perlu terlibat aktif dalam mendukung pendidikan anak-anak.

Dengan demikian, pedagogik transformatif bukan hanya sebuah teori pendidikan, tetapi juga sebuah gerakan yang bertujuan untuk menciptakan perubahan yang lebih baik. Melalui pendekatan ini, kita dapat melahirkan generasi muda yang cerdas, kreatif, dan berkarakter, serta mampu berkontribusi dalam membangun masa depan Indonesia yang lebih cerah.

Isu-isu Kontemporer dalam Pendidikan Indonesia

Dalam konteks global yang menghubungkan setiap negara dalam pelbagai kondisi, pendidikan menghadapi berbagai tantangan baru. Beberapa isu kontemporer yang relevan dengan pedagogik transformatif antara lain:

  • Revolusi industri: Perkembangan teknologi digital telah mengubah lanskap pekerjaan secara drastis. Pendidikan perlu mempersiapkan peserta didik untuk memiliki keterampilan abad ke-21, seperti berpikir komputasional, kreativitas, dan kemampuan beradaptasi dengan perubahan yang cepat.
  • Ketimpangan sosial: Ketimpangan sosial yang semakin lebar menjadi tantangan serius bagi pendidikan. Pendidikan harus mampu memberikan kesempatan yang sama bagi semua anak, terlepas dari latar belakang sosial ekonomi mereka.
  • Krisis iklim: Perubahan iklim merupakan ancaman nyata bagi keberlangsungan hidup manusia. Pendidikan perlu membekali peserta didik dengan pengetahuan dan keterampilan untuk mengatasi masalah lingkungan dan membangun masyarakat yang berkelanjutan.
  • Disinformasi dan hoaks: Maraknya penyebaran informasi palsu di media sosial menjadi tantangan besar dalam pendidikan. Pendidikan perlu mengajarkan peserta didik untuk berpikir kritis, mengevaluasi sumber informasi, dan memilah informasi yang benar dan salah.

Pedagogik transformatif menawarkan sebuah kerangka kerja yang komprehensif untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut. Dengan menekankan pada pengembangan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif, pedagogik transformatif dapat membantu peserta didik menjadi warga negara yang aktif, bertanggung jawab, dan mampu menghadapi kompleksitas permasalahan dunia nyata.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Pedagogik Transformatif: Pendidikan yang Memberdayakan," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, January 8, 2025, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2025/01/08/pedagogik-transformatif-pendidikan-yang-memberdayakan/.
Penelitian Eropa Barat (Unmuh Barru)

Pendidikan, Teknologi, dan Digitalisasi di Eropa Barat

Unmuhbarru.ac.id, Barru – Eropa Barat, sebagai kawasan yang telah lama menjadi kiblat pendidikan dunia, kini semakin memantapkan posisinya dengan mengintegrasikan teknologi dan digitalisasi ke dalam sistem pendidikannya. Transformasi digital yang terjadi begitu cepat telah mengubah lanskap pendidikan secara fundamental, melahirkan metode pembelajaran yang lebih interaktif, personal, dan efisien.

Salah satu ciri khas pendidikan di Eropa Barat adalah penekanan pada pembelajaran berbasis proyek. Dengan memanfaatkan berbagai perangkat lunak dan platform digital, siswa didorong untuk bekerja sama dalam tim, memecahkan masalah nyata, dan mengembangkan keterampilan abad ke-21 seperti kreativitas, berpikir kritis, dan komunikasi. Teknologi juga memfasilitasi akses terhadap sumber belajar yang tak terbatas, memungkinkan siswa untuk menggali pengetahuan lebih dalam dan sesuai dengan minat masing-masing.

Perguruan tinggi di Eropa Barat telah menjadi pelopor dalam pengembangan program studi yang menggabungkan aspek teknologi dan digitalisasi. Jurusan-jurusan seperti ilmu data, kecerdasan buatan, dan keamanan siber semakin populer, mencerminkan kebutuhan pasar kerja yang terus berkembang. Selain itu, banyak universitas juga menawarkan program pembelajaran daring yang fleksibel, memungkinkan siswa dari berbagai latar belakang untuk mengikuti pendidikan tinggi tanpa harus terikat oleh ruang dan waktu.

Selain di tingkat perguruan tinggi, digitalisasi juga telah merambah ke jenjang pendidikan dasar dan menengah. Sekolah-sekolah di Eropa Barat semakin banyak yang dilengkapi dengan infrastruktur teknologi yang memadai, seperti komputer, tablet, dan akses internet berkecepatan tinggi. Guru-guru juga diberikan pelatihan untuk memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran, misalnya dengan menggunakan aplikasi pembelajaran interaktif, video pembelajaran, dan platform pembelajaran online.

Salah satu dampak positif dari digitalisasi dalam pendidikan adalah meningkatnya personalisasi pembelajaran. Dengan memanfaatkan data pembelajaran siswa, guru dapat merancang program pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan gaya belajar masing-masing siswa. Hal ini memungkinkan setiap siswa untuk belajar dengan ritme yang berbeda dan mencapai potensi maksimalnya.

Selain itu, digitalisasi juga mendorong kolaborasi antara sekolah, universitas, industri, dan pemerintah. Platform digital memungkinkan berbagi sumber daya, pengetahuan, dan best practices, sehingga kualitas pendidikan secara keseluruhan dapat ditingkatkan. Kolaborasi ini juga membuka peluang bagi siswa untuk terlibat dalam proyek riset yang relevan dengan industri, sehingga mereka lebih siap menghadapi dunia kerja setelah lulus.

Dalam beberapa tahun terakhir, Eropa Barat telah menunjukkan komitmen yang kuat untuk terus mengembangkan pendidikan berbasis teknologi. Investasi dalam infrastruktur teknologi, pengembangan kurikulum yang relevan, dan pelatihan guru merupakan langkah-langkah penting untuk memastikan bahwa generasi muda memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk sukses di era digital.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Pendidikan, Teknologi, dan Digitalisasi di Eropa Barat," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, January 8, 2025, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2025/01/08/pendidikan-teknologi-dan-digitalisasi-di-eropa-barat/.
Eropa Barat (Unmuh Barru)

Pendidikan Prancis: Warisan Kualitas dan Inovasi

Unmuhbarru.ac.id, Barru – Prancis, negara yang dikenal dengan keindahan seni, budaya, dan kulinernya, juga memiliki sistem pendidikan yang diakui dunia. Sistem pendidikan Prancis telah berhasil mencetak generasi demi generasi individu yang cerdas, kreatif, dan kritis. Kualitas pendidikan di Prancis ini tidak lepas dari sejarah panjang, komitmen pemerintah, serta pendekatan yang inovatif dalam pembelajaran.

Salah satu ciri khas pendidikan Prancis adalah penekanan pada kesetaraan. Setiap anak, tanpa memandang latar belakang sosial atau ekonomi, memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan berkualitas. Hal ini tercermin dalam kebijakan pendidikan yang inklusif dan tersedianya berbagai program beasiswa. Kurikulum yang diterapkan juga dirancang untuk mengembangkan potensi setiap siswa secara maksimal, baik dalam bidang akademik maupun non-akademik.

Sistem pendidikan di Prancis terstruktur, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Pada tingkat dasar, fokus utama adalah membangun fondasi pengetahuan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung. Seiring bertambahnya usia, siswa akan diperkenalkan pada berbagai disiplin ilmu yang lebih kompleks. Kurikulum yang fleksibel memungkinkan siswa untuk memilih jalur pendidikan yang sesuai dengan minat dan bakat mereka.

Salah satu keunggulan pendidikan Prancis adalah kualitas tenaga pengajarnya. Guru-guru di Prancis umumnya memiliki kualifikasi yang tinggi dan sangat berdedikasi. Mereka tidak hanya berperan sebagai pemberi materi, tetapi juga sebagai mentor yang membimbing siswa dalam mengembangkan potensi diri. Selain itu, sekolah-sekolah di Prancis juga dilengkapi dengan fasilitas yang memadai, seperti perpustakaan, laboratorium, dan ruang kelas yang nyaman.

Pendidikan Prancis juga menekankan pentingnya pembelajaran sepanjang hayat. Siswa didorong untuk terus belajar dan mengembangkan diri, baik selama masa studi maupun setelah lulus. Hal ini sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin cepat, di mana tuntutan terhadap sumber daya manusia semakin tinggi.

Inovasi merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan Prancis. Pemerintah Prancis terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan mendorong penerapan teknologi dalam proses pembelajaran. Selain itu, berbagai program kerjasama internasional juga dilakukan untuk memperkaya pengalaman belajar siswa.

Sebagai penutup, pendidikan Prancis merupakan contoh yang baik tentang bagaimana sebuah sistem pendidikan dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas dan siap menghadapi tantangan global. Dengan sejarah yang panjang, komitmen pemerintah, dan pendekatan yang inovatif, pendidikan Prancis terus menjadi rujukan bagi negara-negara lain yang ingin meningkatkan kualitas pendidikannya.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Pendidikan Prancis: Warisan Kualitas dan Inovasi," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, January 8, 2025, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2025/01/08/pendidikan-prancis-warisan-kualitas-dan-inovasi/.
Tsunami (Unmuh Barru)

20 years of Tsunami in Aceh: Lesson Learned, Resilience, and Disaster Mitigation

Unmuhbarru.ac.id, Bima – The devastating 2004 Indian Ocean tsunami, which struck Aceh, Indonesia, on December 26th, 2004, remains a poignant reminder of the immense power of nature and the importance of preparedness. This catastrophic event, triggered by a massive undersea earthquake, claimed over 170,000 lives in Aceh alone, leaving a trail of destruction that impacted countless families and communities.

In the aftermath of this tragedy, Aceh embarked on a remarkable journey of recovery and resilience. The province has invested heavily in early warning systems, including a network of tsunami detection buoys and sirens, designed to alert coastal communities of impending danger. Furthermore, significant strides have been made in improving building codes and infrastructure, with a focus on constructing more resilient structures capable of withstanding the forces of nature.   

The Aceh tsunami served as a stark wake-up call, highlighting the critical need for comprehensive disaster preparedness and mitigation strategies. The province has actively engaged in community-based disaster education programs, empowering local residents with the knowledge and skills to respond effectively during emergencies. Evacuation drills, first aid training, and the establishment of community-based disaster response teams have become integral components of these efforts.

Moreover, Aceh has fostered strong partnerships with international organizations and non-governmental organizations to enhance its disaster management capabilities. These collaborations have facilitated the sharing of best practices, the transfer of technology, and the development of sustainable disaster risk reduction programs.   

Looking ahead, Aceh continues to face ongoing challenges, including the threat of future tsunamis and other natural hazards. The province recognizes the importance of sustained efforts in disaster risk reduction, including continuous improvement of early warning systems, strengthening of building codes, and ongoing community-based education and preparedness programs.

By embracing a culture of preparedness and resilience, Aceh strives to minimize the impact of future disasters and ensure the safety and well-being of its people. The legacy of the 2004 tsunami serves as a powerful reminder of the importance of learning from the past, adapting to the challenges of the present, and building a more resilient future for all.

The 2004 Aceh tsunami serves as a poignant reminder of the devastating consequences of natural disasters and the importance of preparedness. The resilience displayed by the Acehnese people in the face of immense adversity is a testament to the human spirit’s ability to overcome even the most challenging circumstances.

Through their collective efforts in rebuilding their communities and implementing robust disaster mitigation strategies, the people of Aceh have demonstrated a commitment to ensuring that future generations are better equipped to face the challenges posed by natural hazards.

The legacy of the Aceh tsunami extends far beyond the shores of Indonesia, serving as a global catalyst for improved disaster preparedness and response efforts. The lessons learned from this tragedy have informed the development of early warning systems, the strengthening of building codes, and the implementation of community-based disaster risk reduction programs worldwide.

As the world continues to grapple with the increasing frequency and intensity of natural disasters, the experiences of Aceh stand as a powerful reminder of the critical importance of investing in preparedness, fostering resilience, and working together to build a safer and more sustainable future for all.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "20 years of Tsunami in Aceh: Lesson Learned, Resilience, and Disaster Mitigation," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, December 26, 2024, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2024/12/26/20-years-of-tsunami-in-aceh-lesson-learned-resilience-and-disaster-mitigation/.

Design Thinking (Unmuh Barru)

Mengenal Design Thinking ala Michael Lewrick: Sebuah Pendekatan Inovatif untuk Memecahkan Masalah

Unmuhbarru.ac.id, Bima – Dengan era yang semakin kompleks dan dinamis, inovasi menjadi kunci keberhasilan bagi individu maupun organisasi. Salah satu pendekatan yang semakin populer untuk mendorong inovasi adalah Design Thinking. Michael Lewrick, seorang ahli dalam bidang ini, telah memberikan kontribusi signifikan dalam mengembangkan dan mempopulerkan konsep Design Thinking.

Design Thinking, secara sederhana, adalah suatu pendekatan yang berpusat pada manusia dalam memecahkan masalah. Pendekatan ini menggabungkan kreativitas, empati, dan analisis untuk menghasilkan solusi yang inovatif dan relevan. Lewrick menekankan pentingnya memahami kebutuhan dan keinginan pengguna (user) secara mendalam sebelum memulai proses desain.

Salah satu ciri khas dari Design Thinking ala Lewrick adalah penekanannya pada mindset. Ia percaya bahwa memiliki mindset yang tepat adalah kunci untuk dapat menerapkan Design Thinking secara efektif. Mindset ini mencakup rasa ingin tahu yang tinggi, kemampuan untuk berpikir terbuka, serta kesediaan untuk mencoba hal-hal baru. Lewrick juga menyoroti pentingnya kolaborasi dalam proses Design Thinking, di mana berbagai perspektif dapat saling melengkapi dan menghasilkan ide-ide yang lebih kreatif.

Lewrick membagi proses Design Thinking menjadi beberapa tahap, yang dimulai dengan tahap empati. Pada tahap ini, tim desain berusaha untuk memahami pengguna secara mendalam melalui berbagai metode seperti wawancara, observasi, dan persona. Setelah memahami pengguna, tim kemudian melakukan tahap definisi masalah. Tahap ini bertujuan untuk merumuskan masalah yang akan dipecahkan secara jelas dan terukur.

Tahap selanjutnya adalah ideasi. Pada tahap ini, tim secara aktif menghasilkan ide-ide sebanyak mungkin untuk memecahkan masalah yang telah didefinisikan. Tidak ada ide yang dianggap buruk pada tahap ini, karena semua ide dapat menjadi inspirasi untuk ide-ide yang lebih baik. Setelah menghasilkan banyak ide, tim kemudian melakukan tahap prototyping. Pada tahap ini, ide-ide yang dianggap paling potensial diwujudkan dalam bentuk prototipe sederhana. Prototipe ini kemudian diuji dengan pengguna untuk mendapatkan feedback.

Tahap terakhir adalah testing. Pada tahap ini, prototipe yang telah diuji kemudian disempurnakan berdasarkan feedback yang diperoleh. Proses iterasi ini dilakukan berulang kali hingga dihasilkan solusi yang optimal.

Mengapa Design Thinking Penting?

Design Thinking menawarkan sejumlah manfaat bagi individu dan organisasi. Pertama, Design Thinking dapat membantu kita untuk lebih memahami kebutuhan dan keinginan pengguna, sehingga solusi yang dihasilkan lebih relevan dan bernilai. Kedua, Design Thinking dapat mendorong kreativitas dan inovasi, sehingga kita dapat menemukan solusi-solusi yang unik dan berbeda dari yang sudah ada. Ketiga, Design Thinking dapat meningkatkan kolaborasi dan kerja sama tim.

Dalam dunia bisnis yang kompetitif, Design Thinking dapat menjadi alat yang berharga dalam mengelola “bisnis”. Banyak perusahaan ataupun institusi yang telah berhasil menerapkan Design Thinking untuk mengembangkan produk dan layanan baru yang inovatif. Selain itu, Design Thinking juga dapat diterapkan dalam berbagai bidang lain, seperti pendidikan, kesehatan, dan pemerintah.

Penutup

Design Thinking yang digagas oleh Michael Lewrick menawarkan pendekatan yang komprehensif dan efektif untuk memecahkan masalah. Dengan menekankan pada empati, kreativitas, dan kolaborasi, Design Thinking dapat membantu kita untuk menghasilkan solusi yang inovatif dan bernilai. Dalam era yang semakin kompleks dan dinamis, Design Thinking menjadi kemahiran yang perlu untuk dikuasai seiring dengan kebutuhan tata kelola organisasi.

Kata Kunci: Design Thinking, Michael Lewrick, inovasi, empati, kolaborasi, pemecahan masalah

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Mengenal Design Thinking ala Michael Lewrick: Sebuah Pendekatan Inovatif untuk Memecahkan Masalah," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, December 24, 2024, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2024/12/24/mengenal-design-thinking-ala-michael-lewrick-sebuah-pendekatan-inovatif-untuk-memecahkan-masalah/.
Open Refine (Unmuh Barru)

Harmonisasi Data Bibliometrik dengan OpenRefine

Unmuhbarru.ac.id, Barru – Harmonisasi data bibliometrik merupakan proses untuk menyeragamkan dan mengintegrasikan data bibliometrik dari berbagai sumber yang berbeda. Tidak aja itu, juga untuk menyempurnakan dan meningkatkan validitas data, termasuk akurasi data. Langkah ini, perlu dilakukan agar data bibliometrik dapat digunakan secara efektif untuk analisis dan penelitian.

OpenRefine merupakan insstumen open-source yang dapat digunakan untuk harmonisasi data bibliometrik. OpenRefine menyediakan berbagai fitur yang dapat membantu dalam proses harmonisasi data, seperti:

• Pembersihan data: OpenRefine dapat digunakan untuk membersihkan data bibliometrik dari kesalahan dan inkonsistensi, seperti duplikasi data, format data yang tidak konsisten, dan kesalahan pengetikan.

• Transformasi data: OpenRefine dapat digunakan untuk mentransformasi data bibliometrik ke dalam format yang standar, seperti format MARC atau BIBX.

• Pencocokan data: OpenRefine dapat digunakan untuk mencocokkan data bibliometrik dari berbagai sumber yang berbeda.

• Penggabungan data: OpenRefine dapat digunakan untuk menggabungkan data bibliometrik dari berbagai sumber yang berbeda.

Berikut adalah beberapa contoh bagaimana OpenRefine dapat digunakan untuk harmonisasi data bibliometrik:

• Menyeragamkan format nama penulis: OpenRefine dapat digunakan untuk menstandariskan format nama penulis dari berbagai sumber yang berbeda. Contohnya, OpenRefine dapat digunakan untuk mengubah format nama penulis dari “John Doe” menjadi “Doe, John”.

• Menggabungkan data publikasi dari berbagai sumber: OpenRefine dapat digunakan untuk menggabungkan data publikasi dari berbagai sumber, seperti PubMed, Scopus, dan Google Scholar.

• Mencocokkan data publikasi dengan data peneliti: OpenRefine dapat digunakan untuk mencocokkan data publikasi dengan data peneliti dari berbagai sumber, seperti ORCID dan LinkedIn.

OpenRefine adalah alat yang dapat digunakan untuk harmonisasi data bibliometrik. OpenRefine mudah digunakan dan dapat dipelajari dengan cepat, bahkan oleh pengguna yang tidak memiliki pengalaman dengan pemrograman.

• OpenRefine hanya dapat digunakan untuk harmonisasi data bibliometrik yang tersedia dalam format teks.

• OpenRefine tidak dapat digunakan untuk harmonisasi data bibliometrik yang bersifat proprietary.

Harmonisasi data bibliometrik merupakan proses yang penting untuk dilakukan agar data bibliometrik dapat digunakan secara efektif untuk analisis dan penelitian. OpenRefine adalah alat open-source yang dapat digunakan untuk harmonisasi data bibliometrik. OpenRefine mudah digunakan dan dapat dipelajari dengan cepat, bahkan oleh pengguna yang tidak memiliki pengalaman dengan pemrograman.

Bibliografi

Ahmi, A. (2023, September). OpenRefine: An approachable tool for cleaning and harmonizing bibliographical data. In AIP Conference Proceedings (Vol. 2827, No. 1). AIP Publishing.

Kusumasari, T. F. (2016, October). Data profiling for data quality improvement with OpenRefine. In 2016 international conference on information technology systems and innovation (ICITSI) (1-6). IEEE.

Larsson, P. (2013). Evaluation of open source data cleaning tools: Open refine and data wrangler. University of Washington.

Li, L., Ludäscher, B., & Zhang, Q. (2019). Towards more transparent, reproducible, and reusable data cleaning with OpenRefine. iConference 2019 Proceedings.

Mandal, S. (2022). Integration of Linked Open Data Authorities with OpenRefine: A Methodology for Libraries. Library Philosophy & Practice.

Miller, M., & Vielfaure, N. (2022). OpenRefine: An Approachable Open Tool to Clean Research Data. Bulletin-Association of Canadian Map Libraries and Archives (ACMLA), (170).

Petrova-Antonova, D., & Tancheva, R. (2020). Data cleaning: A case study with openrefine and trifacta wrangler. In Quality of Information and Communications Technology: 13th International Conference, QUATIC 2020, Faro, Portugal, September 9–11, 2020, Proceedings 13 (32-40). Springer International Publishing.

Verborgh, R., & De Wilde, M. (2013). Using openrefine. Packt Publishing Ltd.

Hill, K. M. (2016). In search of useful collection metadata: Using Openrefine to create accurate, complete, and clean title-level collection information. Serials Review42(3), 222-228.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Harmonisasi Data Bibliometrik dengan OpenRefine," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, April 28, 2024, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2024/04/28/harmonisasi-data-bibliometrik-dengan-openrefine/.
Pengantar Bibliometrik (Unmuh Barru)

Pengantar Analisis Bibliometrik

Unmuhbarru.ac.id, Barru – Artikel berikut adalah merupakan pengantar untuk mempelajari bibliometrik. Sekali lagi, ini merupakan catatan-catatan dari proses belajar. Sehingga boleh jadi merupakan serpihan-serpihan catatan dan juga bacaan yang tidak menyeluruh. Maka, dalam bagian ini disebut bibliografi. Sehingga kita bisa bersama-sama dalam belajar sekaligus menelusuri kembali kepustakaan yang ada dalam rujukan ataupun yang belum ada.

Apa itu Analisis Bibliometrik?

Analisis bibliometrik adalah metode statistik untuk mempelajari pola publikasi ilmiah. Metode ini menggunakan data bibliografi yang dipanen dari pangkalan data tertentu, seperti judul, abstrak, kata kunci, penulis, dan afiliasi institusi, untuk mengukur produktivitas peneliti, mengidentifikasi tren penelitian, dan mengevaluasi dampak penelitian.

Hanya saja, untuk sampai pada kesemuanya itu, perlu bantuan alat atau perangkat lunak untuk mendapatkan data visualisasi. Kemudian, tidak hanya itu saja. Tetapi juga analisis. Sehingga bibliometrik sejatinya adalah analisis dengan tetap perlu kehadiran seorang peneliti.

Pemanfaatan Analisis Bibliometrik

Analisis bibliometrik dapat digunakan untuk berbagai tujuan, paling tidak dimanfaatkan untuk kepentingan, antara lain:

• Melacak perkembangan ilmu pengetahuan: Dengan menganalisis jumlah publikasi dan kutipan dalam suatu bidang, analisis bibliometrik dapat membantu melacak perkembangan ilmu pengetahuan dan mengidentifikasi bidang penelitian yang sedang berkembang pesat.

• Mengevaluasi dampak penelitian: Analisis bibliometrik dapat digunakan untuk mengukur dampak penelitian dengan menghitung jumlah kutipan yang diterima oleh suatu publikasi. Hal ini dapat membantu peneliti untuk mengidentifikasi karya yang paling berpengaruh dalam bidangnya.

• Mengidentifikasi tren penelitian: Analisis bibliometrik dapat digunakan untuk mengidentifikasi tren penelitian dengan menganalisis kata kunci dan topik yang muncul dalam publikasi ilmiah. Hal ini dapat membantu peneliti untuk tetap up-to-date dengan perkembangan terbaru dalam bidangnya.

• Membandingkan kinerja penelitian: Analisis bibliometrik dapat digunakan untuk membandingkan kinerja penelitian antar individu, institusi, atau negara. Hal ini dapat membantu pembuat kebijakan untuk membuat keputusan yang tepat tentang alokasi sumber daya penelitian.

Langkah-langkah dalam Analisis Bibliometrik

Secara umum, analisis bibliometrik melibatkan empat langkah berikut:

1. Pengumpulan data: Data bibliografi dapat dikumpulkan dari berbagai sumber, seperti database ilmiah (misalnya, Scopus, Web of Science), repositori institusi, dan situs web jurnal. Terkait dengan pangkalan data ini, bergantung sepenuhnya pada akses terhadap sebuah data.

2. Pembersihan data: Data bibliografi perlu dibersihkan untuk memastikan akurasinya dan menghilangkan duplikasi. Dalam kaitan dengan ini, penulis / peneliti perlu melihat data secara lengkap dan kemudian menyisir jikalau saja ada duplikasi ataupun kemudian ada yang memiliki perbedaan ejaaan dengan makna yang sama, seperti kiyai dengan kiai.

3. Analisis data: Data bibliometrik dapat dianalisis menggunakan berbagai metode statistik, seperti analisis frekuensi, analisis jaringan, dan analisis regresi. Dalam kaitan dengan ini, bibliometrik merupakan data awal, dan dapat diteroka dengan menggunakan penggunaan bersama dengan instrumen lainnya.

4. Interpretasi hasil: Hasil analisis bibliometrik perlu diinterpretasikan dengan hati-hati dan dikaitkan dengan konteks penelitian. Maka, bibliometrik tidak bisa menjadi alat generalisasi. Baik berdasarkan asal data yang bersumber dari data tertentu saja, dan kemudian hasilnya yang terkait dengan konteks.

Perangkat Lunak untuk Analisis Bibliometrik

Terdapat berbagai perangkat lunak yang dapat digunakan untuk analisis bibliometrik, diantaranya:

• VOSviewer: Perangkat lunak ini digunakan untuk memvisualisasi jaringan kolaborasi dan tren penelitian.

• CiteSpace: Perangkat lunak ini digunakan untuk mengidentifikasi topik penelitian dan tren tematik.

• Bibliometrix: Perangkat lunak ini digunakan untuk menganalisis produktivitas peneliti dan dampak penelitian.

• R: Bahasa pemrograman R dapat digunakan untuk analisis bibliometrik yang lebih kompleks.
Paparan di atas dalam empat perangkat lunak. Namun, tidak terbatas pada ini saja. Ada beberapa perangkat lunak lain yang juga digunakan seperti Publish or Perish, dll.

Penutup

Analisis bibliometrik merup[akan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mempelajari pola publikasi ilmiah. Metode ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan, seperti melacak perkembangan ilmu pengetahuan, mengevaluasi dampak penelitian, mengidentifikasi tren penelitian, dan membandingkan kinerja penelitian.

Dua catatan terkait dengan penggunaan analisis bibliometrik:

• Analisis bibliometrik hanyalah salah satu alat untuk mengukur dampak penelitian. Penting untuk mempertimbangkan faktor lain, seperti kualitas penelitian dan signifikansinya bagi masyarakat, saat mengevaluasi dampak penelitian.

• Analisis bibliometrik dapat dipengaruhi oleh bias data. Penting untuk menyadari bias ini dan menginterpretasikan hasil analisis bibliometrik dengan hati-hati.

Sebagai sebuah proses keilmuan, maka bibliometrik bukanlah sebuah mukjizat. Melainkan sebuah proses yang dapat direplikasi oleh setiap orang. Sehingga langkah-langkah yang dilaksanakan perlu disampaikan dalam bagian metode di artikel publikasi.

Bibliografi

Aria, M., & Cuccurullo, C. (2017). A brief introduction to bibliometrix. Journal of Informetrics11(4), 959-975.

Arsenova, I. (2013). New application of bibliometrics. Procedia-Social and Behavioral Sciences73, 678-682.

Ball, R. (2017). An introduction to bibliometrics: New development and trends. Chandos Publishing.

Borgman, C. L. (1989). Bibliometrics and scholarly communication: editor’s introduction. Communication research16(5), 583-599.

Bredahl, L. (2022). Introduction to bibliometrics and current data sources. Library Technology Reports58(8), 5-11.

Broadus, R.N. Toward a definition of “bibliometrics”. Scientometrics 12, 373–379 (1987). https://doi.org/10.1007/BF02016680.

Eom, S. (2009). An introduction to bibliometrics and informetrics. Author cocitation analysis: Quantitative methods for mapping the intellectual structure of an academic discipline (pp. 1-35). IGI Global.

González-Alcaide, G. (2017). Teaching bibliometrics: Key competences, contents, didactic materials and practical activities. INTED2017 Proceedings (pp. 9276-9281). IATED.

Haustein, S., & Larivière, V. (2014). The use of bibliometrics for assessing research: Possibilities, limitations and adverse effects. Incentives and performance: Governance of research organizations (pp. 121-139). Cham: Springer International Publishing.

Hood, W. W., & Wilson, C. S. (2001). The literature of bibliometrics, scientometrics, and informetrics. Scientometrics52, 291-314.

Kokol, P., Blažun Vošner, H., & Završnik, J. (2021). Application of bibliometrics in medicine: a historical bibliometrics analysis. Health Information & Libraries Journal38(2), 125-138.

McBurney, M. K., & Novak, P. L. (2002). What is bibliometrics and why should you care?. Proceedings. IEEE international professional communication conference (pp. 108-114). IEEE.

Mokhnacheva, Y. V., & Tsvetkova, V. A. (2020). Development of bibliometrics as a scientific field. Scientific and Technical Information Processing47, 158-163.

Salini, S. (2016). An introduction to bibliometrics. Research methods for postgraduates, 130-143.

Schneider, J. W., & Borlund, P. (2004). Introduction to bibliometrics for construction and maintenance of thesauri: Methodical considerations. Journal of Documentation60(5), 524-549.

Schrader, A. M. (1981). Teaching bibliometrics.

Schubert, A. (1983). Quantitative studies of science a current bibliography. Scientometrics5(3), 189-194. https://doi.org/10.1007/bf02095628.

Van Raan, A. (2019). Measuring science: basic principles and application of advanced bibliometrics. Springer handbook of science and technology indicators, 237-280.

Von Ungern-Sternberg, S. (1998). Teaching bibliometrics. Journal of Education for Library and Information Science39(1), 76-80.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Pengantar Analisis Bibliometrik," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, April 23, 2024, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2024/04/23/pengantar-analisis-bibliometrik/.
Bibliometrik (Unmuh Barru)

Analisis Bibliometrik: Deskripsi, Aspek yang Dikuasai, dan Panduan Praktik

Unmuhbarru.ac.id, Barru – Berikut ini, gambaran terkait dengan bibliometrik. Terutama bagi pemula yang mempelajari bibliometrik.

Deskripsi

Analisis bibliometrik telah muncul sebagai alat penelitian yang penting, memberikan wawasan berharga mengenai keluaran publikasi penulis, institusi, dan negara. Hal ini memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi tren, memetakan area penelitian, dan melacak dampak publikasi penelitian. Untuk itu, diperlukan pemahaman komprehensif tentang analisis bibliometrik, beserta keterampilan praktis yang diperlukan untuk melakukan analisis Anda sendiri.

Diklat ini dimulai dengan pengenalan analisis bibliometrik, di mana peserta akan mempelajari tujuan, kelebihan, dan perbedaannya dari metode penelitian lain seperti meta-analisis dan tinjauan literatur sistematis. Peserta juga akan mendapatkan wawasan tentang pertanyaan penelitian populer yang dapat dijawab oleh analisis bibliometrik.

Selanjutnya, peserta akan mendalami berbagai teknik analisis bibliometrik, termasuk analisis kinerja, pemetaan sains, analisis kutipan, analisis kutipan bersama, penggabungan bibliografi, analisis kata bersama, analisis penulisan bersama, metrik jaringan, pengelompokan, dan visualisasi. Peserta perlu mempelajari cara menggunakan masing-masing teknik ini untuk mengekstraksi wawasan bermakna dari data kutipan, dan bagaimana teknik tersebut dapat digunakan untuk mengevaluasi hasil penelitian.

Di bagian terakhir, perlu dipelajari prosedur analisis bibliometrik, yang mencakup penentuan tujuan dan ruang lingkup penelitian Anda, memilih teknik yang sesuai, mengumpulkan data, menjalankan analisis, dan melaporkan temuan. Termasuk, mempelajari cara menggunakan alat analisis bibliometrik populer seperti VOSviewer, CiteSpace, dan SciMAT untuk memvisualisasikan dan menganalisis data kutipan.

Di akhir proses pembelajaran, peserta akan memiliki pemahaman komprehensif tentang analisis bibliometrik, serta pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk melakukan analisis Anda sendiri. Baik Anda seorang peneliti, akademisi, atau profesional, kursus ini akan membekali Anda dengan alat yang berharga untuk mengevaluasi dan mengukur dampak penelitian. Anda akan dapat menggunakan analisis bibliometrik untuk mengidentifikasi bidang penelitian yang muncul, mengevaluasi dampak publikasi, dan membuat keputusan berdasarkan informasi tentang strategi penelitian.

Aspek yang perlu dikuasai:

  • Memahami tujuan dan keuntungan analisis bibliometrik
  • Membedakan analisis bibliometrik dari metode penelitian lain seperti meta-analisis dan tinjauan literatur sistematis
  • Melakukan analisis kinerja, pemetaan sains, analisis sitasi, analisis ko-sitasi, penggandengan bibliografi, analisis kata bersama, analisis penulisan bersama
  • Menggunakan alat analisis bibliometrik populer seperti VOSviewer, CiteSpace, dan SciMAT untuk memvisualisasikan dan menganalisis data kutipan
  • Memilih teknik yang tepat untuk analisis bibliometrik
  • Melaporkan temuan analisis bibliometrik secara jelas dan ringkas
  • Menerapkan analisis bibliometrik ke berbagai bidang, termasuk sains, teknik, dan ilmu sosial
  • Memanfaatkan metrik jaringan dan pengelompokan untuk mengidentifikasi tren penelitian
  • Identifikasi bidang penelitian yang muncul dengan analisis bibliometrik
  • Mengembangkan pemahaman komprehensif tentang analisis bibliometrik

Panduan Praktis

Langkah-1 Tentukan tujuan dan ruang lingkup studi Anda
Langkah-2 Pilih teknik untuk analisis bibliometrik
Langkah-3 Kumpulkan Data untuk analisis bibliometrik
Langkah-4 Jalankan untuk analisis bibliometrik
Langkah-5 Laporkan Temuan

Bibliografi

Ahmad, Muhammad Shakil. (2024). Bibliometric Analysis: A Theoretical and Practical Guide. https://www.udemy.com/course/bibliometric-analysis-a-theoretical-and-practical-guide/.

Alsharif, A. H., Salleh, N. O. R. Z. M. D., & Baharun, R. (2020). Bibliometric analysis. Journal of Theoretical and Applied Information Technology98(15), 2948-2962.

Chai, K. H., & Xiao, X. (2012). Understanding design research: A bibliometric analysis of Design Studies (1996–2010). Design Studies, 33(1), 24-43.

Choudhri, A. F., Siddiqui, A., Khan, N. R., & Cohen, H. L. (2015). Understanding bibliometric parameters and analysis. Radiographics, 35(3), 736-746.

Tian, W., Cai, R., Fang, Z., Geng, Y., Wang, X., & Hu, Z. (2024). Understanding co‐corresponding authorship: A bibliometric analysis and detailed overview. Journal of the Association for Information Science and Technology75(1), 3-23.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Analisis Bibliometrik: Deskripsi, Aspek yang Dikuasai, dan Panduan Praktik," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, April 17, 2024, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2024/04/17/analisis-bibliometrik-deskripsi-aspek-yang-dikuasai-dan-panduan-praktik/.
Diklat (Unmuh Barru)

Diklat Riset dan Publikasi: Analisis Bibliometrik

Unmuhbarru.ac.id, Barru – Kemampuan riset dan publikasi diantara kemahiran yang perlu dikuasai civitas akademika, baik dosen maupun mahasiswa. Dengan keterampilan ini, akan menjadikan aktivitas lainnya yaitu pendidikan dan pengajaran, dan pengabdian masyarakat akan terlaksana sebagaimana yang diprogramkan.

Pendahuluan

Salah satu program yang perlu dilaksanakan bagi civitas akademika Universitas Muhammadiyah Barru dalam tahun pertama adalah penguatan kapasitas civitas akademika. Dalam kesempatan ini dengan melaksanakan Pendidikan dan Pelatihan Riset dan Publikasi terkait dengan analisis bibliometrik.

Analisis Bibliometrik, dan Kolaborasi Riset Lintas Perguruan Tinggi

Penguasaan bibliometrik menjadi menjadi keperluan bagi civitas akademika dalam aktivitas riset dan publikasi. Analisis ini merupakan alat yang berharga bagi para peneliti dalam Memetakan lanskap penelitian dan mengidentifikasi celah penelitian. Begitu juga dengan kesempatan untuk mengembangkan strategi penelitian yang efektif dan efisien, Serta dapat meningkatkan dampak penelitian mereka.

Kegiatan untuk kesempatan pertama dilaksanakan dengan metode daring sehingga menjadi peluang untuk mengenali terkait dengan tema-tema pembahasan. Tidak saja dengan target mengenali dan mengetahui, tetapi juga dalam kaitan untuk melatih dan mengaplikasikan pengetahuan yang didengar selama sesi-sesi berlangsung. Olehnya, ada sesi Studi Independen dan juga rintisan penelitian bersama (penelitian kolaboratif).

Sehingga dalam aktivitas diklat ini, tidak saja dengan menyelesaikan program pelatihan. Tetapi sama pentingnya dengan mulai menemukenali dan mengidentifikasi topik penelitian yang dapat dikerjasamakan lintas kampus.

Penutup

Akhirnya, dengan adanya kegiatan ini akan membantu dosen dan mahasiswa antara lain untuk mengoptimalkan waktu dan sumber daya mereka dengan fokus pada area riset yang sedang berkembang. Selanjutnya, dapat pula meningkatkan peluang penelitian mereka untuk mendapatkan pendanaan dan publikasi. Terakhir, kesempatan untuk berkontribusi secara signifikan pada kemajuan ilmu pengetahuan.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Diklat Riset dan Publikasi: Analisis Bibliometrik," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, April 11, 2024, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2024/04/11/diklat-riset-dan-publikasi-analisis-bibliometrik/.