Pustakawan (Unmuh Barru)

Mengembangkan Soft Skill Pustakawan dan Arsiparis untuk Menghadapi Tantangan Era Milenial

Unmuhbarru.ac.id, Barru – Era milenial menghadirkan berbagai perubahan dan tantangan di berbagai bidang, termasuk dalam dunia perpustakaan dan kearsipan. Pustakawan dan arsiparis tidak lagi hanya dituntut untuk menguasai pengetahuan dan keahlian teknis, tetapi juga harus memiliki soft skill yang mumpuni untuk dapat memberikan layanan yang optimal kepada pengguna.

Apa itu Soft Skill?

Soft skill adalah kemampuan non-teknis yang berkaitan dengan cara seseorang bekerja dan berinteraksi dengan orang lain. Contoh soft skill yang penting bagi pustakawan dan arsiparis di era milenial antara lain:

• Komunikasi: Kemampuan untuk menyampaikan informasi secara efektif, baik lisan maupun tulisan.
• Interpersonal: Kemampuan untuk membangun hubungan dan bekerja sama dengan orang lain.
• Problem solving: Kemampuan untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah secara efektif.
• Critical thinking: Kemampuan untuk menganalisis informasi dan membuat keputusan yang tepat.
• Creativity: Kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru dan inovatif.
• Information literacy: Kemampuan untuk mencari, menemukan, dan menggunakan informasi secara efektif.

Mengapa Soft Skill Penting?

Di era milenial, pengguna perpustakaan dan arsip tidak hanya mencari informasi, tetapi juga membutuhkan bantuan dan panduan dalam mengakses dan menggunakan informasi tersebut. Pustakawan dan arsiparis yang memiliki soft skill yang baik akan mampu memberikan layanan yang lebih personal dan profesional kepada pengguna.
Bagaimana Mengembangkan Soft Skill?

Ada beberapa cara untuk mengembangkan soft skill, antara lain:

• Pelatihan dan workshop: Mengikuti pelatihan dan workshop yang dirancang khusus untuk mengembangkan soft skill.
• Mentorship: Mencari mentor yang dapat memberikan bimbingan dan arahan dalam mengembangkan soft skill.
• Membaca buku dan artikel: Membaca buku dan artikel tentang soft skill.
• Bergabung dengan komunitas: Bergabung dengan komunitas yang fokus pada pengembangan soft skill.
• Berlatih secara konsisten: Mempraktikkan soft skill dalam kehidupan sehari-hari.

Kesimpulan

Mengembangkan soft skill merupakan hal yang penting bagi pustakawan dan arsiparis di era milenial. Dengan memiliki soft skill yang mumpuni, pustakawan dan arsiparis akan mampu memberikan layanan yang optimal kepada pengguna dan menghadapi berbagai tantangan yang muncul di era digital.*

*Resume dari kegiatan Diklat 38 jam pelajaran: Penguatan Soft Skill Untuk Pustakawan dan Arsiparis di Era Milenial, 27-30 Maret 2024.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Mengembangkan Soft Skill Pustakawan dan Arsiparis untuk Menghadapi Tantangan Era Milenial," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, March 30, 2024, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2024/03/30/mengembangkan-soft-skill-pustakawan-dan-arsiparis-untuk-menghadapi-tantangan-era-milenial/.

Pemetaan Literatur dengan Bibliometrik: Memvisualisasikan Perkembangan Riset

Menjelajahi Samudra Riset: Pemetaan Literatur sebagai Kompas Menuju Penemuan

Di era digital yang penuh informasi, para peneliti bagaikan penjelajah yang mengarungi samudra riset yang luas. Di tengah lautan pengetahuan yang bergelombang, menemukan arah dan tujuan penelitian bisa menjadi sebuah tantangan. Di sinilah pemetaan literatur hadir sebagai kompas yang menuntun para penjelajah riset untuk menemukan harta karun pengetahuan. Maka, langkah pertama adalah dengan memetakan literatur yang sudah ada.

Pemetaan literatur adalah sebuah proses sistematis untuk menjelajahi dan memahami lanskap penelitian di suatu bidang tertentu. Ibarat memetakan sebuah pulau, pemetaan literatur membantu peneliti untuk mengetahui apa yang telah ditemukan oleh para peneliti sebelumnya. Hal ini penting untuk menghindari duplikasi penelitian dan membangun penelitian di atas fondasi yang kokoh. Dengan memahami penelitian-penelitian terdahulu, peneliti dapat melanjutkan temuan-temuan yang ada dan berkontribusi pada kemajuan ilmu pengetahuan.

Selain itu, pemetaan literatur juga membantu peneliti untuk menemukan area penelitian yang belum banyak dipelajari, laksana menemukan pulau baru yang belum terjamah. Celah penelitian ini membuka peluang bagi peneliti untuk membuat kontribusi baru dan inovatif. Ibarat penjelajah yang menemukan benua Amerika, peneliti yang mampu mengidentifikasi celah penelitian berpotensi melahirkan terobosan penting di bidang mereka.

Tak hanya itu, pemetaan literatur juga berperan dalam membangun landasan teori yang kuat. Ibarat peta yang menunjukkan arah dan tujuan pelayaran, landasan teori ini menjadi panduan bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian mereka. Dengan mengumpulkan pengetahuan dan teori yang relevan dengan topik penelitian, peneliti dapat mengembangkan kerangka kerja penelitian yang tepat dan mencapai tujuan penelitian secara efektif.

Pemetaan literatur dapat dilakukan dengan mengikuti beberapa langkah. Pertama, peneliti perlu menetapkan fokus penelitian mereka, bagaikan menentukan tujuan pelayaran. Topik penelitian harus spesifik dan jelas agar peneliti dapat mencari sumber literatur yang relevan. Sumber literatur ini dapat ditemukan di berbagai tempat, ibarat harta karun yang tersebar di seluruh lautan. Jurnal ilmiah, buku, artikel online, dan tesis adalah beberapa sumber yang dapat dimanfaatkan oleh peneliti.

Setelah mendapatkan sumber literatur, peneliti perlu membacanya dan menganalisisnya secara cermat. Proses ini laksana mempelajari peta dan kompas untuk memahami arah dan medan yang akan dihadapi. Dengan membaca dan menganalisis literatur, peneliti dapat memahami isi literatur dan mengidentifikasi informasi yang relevan dengan penelitian mereka.

Selanjutnya, peneliti perlu mensintesis literatur. Proses ini ibarat menggabungkan berbagai peta untuk membuat peta yang lebih lengkap. Dengan mensintesis literatur, peneliti dapat menggabungkan informasi dari berbagai sumber literatur untuk menghasilkan pemahaman yang komprehensif tentang topik penelitian. Sintesis literatur yang baik akan membantu peneliti dalam merumuskan pertanyaan penelitian yang tepat dan mengembangkan argumen yang kuat dalam penelitian mereka.

Langkah terakhir adalah menulis laporan pemetaan literatur. Laporan ini bagaikan jurnal pelayaran yang mendokumentasikan perjalanan penelitian. Laporan pemetaan literatur harus berisi informasi tentang topik penelitian, sumber literatur yang digunakan, hasil analisis literatur, dan sintesis literatur. Dengan membuat laporan yang baik, peneliti dapat menyimpan catatan perjalanan penelitian mereka dan membaginya dengan peneliti lain untuk kemajuan ilmu pengetahuan.

Pemetaan literatur bukanlah hanya langkah awal yang penting, tetapi juga fondasi penting untuk penelitian yang berhasil. Dengan memahami lanskap penelitian, menemukan celah penelitian, dan membangun landasan teori yang kuat, peneliti dapat meningkatkan peluang mereka untuk menemukan harta karun pengetahuan dan membuat kontribusi yang bermakna bagi dunia. Ibarat seorang penjelajah yang berhasil menemukan benua baru, peneliti yang mampu memanfaatkan pemetaan literatur secara efektif berpotensi melahirkan temuan-temuan yang mengubah peradaban manusia.

Menjelajahi Dunia Riset: Pemetaan Literatur dengan Bibliometrik

Di era digital yang penuh dengan informasi, laksana penjelajah yang tersesat di lautan luas tanpa peta, para peneliti pun dihadapkan pada tantangan untuk mengikuti perkembangan riset yang terus berkembang pesat. Jurnal ilmiah terbit setiap hari, bahkan setiap menit, menyajikan temuan-temuan terbaru dan inovasi mutakhir. Namun, limpahan informasi ini justru bisa membuat peneliti kewalahan. Di sinilah bibliometrik hadir sebagai kompas yang menuntun mereka dalam memetakan lautan pengetahuan.

Bibliometrik adalah ilmu yang menggunakan metode statistik dan matematika untuk menganalisis data publikasi ilmiah. Bayangkan bibliometrik sebagai teropong canggih yang mampu melihat pola dan tren penelitian, serta hubungan antar publikasi. Dengan bibliometrik, peneliti dapat dengan mudah melacak perkembangan topik penelitian, tren yang sedang populer, dan arah penelitian di masa depan. Ini 就好似 (hào shì) – seperti– menjelajahi perpustakaan raksasa berisi peta jalan menuju berbagai penemuan ilmiah.

Bibliometrik tak hanya berperan sebagai alat navigasi, tetapi juga jembatan penghubung antar peneliti. Dengan memetakan jaringan kolaborasi antar peneliti dan institusi, bibliometrik membuka peluang untuk menjalin kerjasama dan membangun komunitas riset yang kuat. Kolaborasi lintas disiplin ilmu kerap melahirkan terobosan-terobosan penting, dan bibliometrik dapat membantu para peneliti menemukan rekan yang tepat untuk mewujudkan mimpi penelitian mereka.

Lebih lanjut, bibliometrik juga berperan sebagai alat untuk penemuan. Ibarat seorang penyelam yang mencari mutiara di dasar laut, bibliometrik bisa membantu peneliti menemukan topik penelitian baru yang potensial. Bibliometrik dapat mengidentifikasi kesenjangan penelitian (area of research gap) yang belum banyak digarap, membuka peluang bagi peneliti untuk membuat kontribusi orisinal di bidang tersebut. Selain itu, bibliometrik memungkinkan para peneliti untuk mengukur kinerja penelitian mereka dan membandingkannya dengan peneliti lain. Dengan demikian, mereka dapat terus terpacu untuk berkembang dan berinovasi, menghasilkan penelitian yang berkualitas dan berdampak.

Pemetaan literatur dengan bibliometrik umumnya dilakukan melalui tiga langkah. Pertama, pengumpulan data publikasi ilmiah dari berbagai sumber, seperti database akademik (Scopus, Web of Science, Google Scholar) atau repositori institusi. Kedua, analisis data publikasi menggunakan berbagai metode statistik dan teknik analisis jaringan, seperti co-authorship (pola kerja sama antar peneliti) dan co-occurrence (kemunculan bersama istilah-istilah tertentu dalam publikasi ilmiah). Ketiga, mewujudkan hasil analisis data dalam bentuk peta, grafik, dan diagram yang mudah dipahami, laksana peta yang menunjukkan arah dan lokasi penelitian.

Untuk melakukan pemetaan literatur dengan bibliometrik, terdapat berbagai alat yang dapat digunakan. Beberapa di antaranya adalah software bibliometrik (VOSviewer, Pajek, Bibliometrix, CiteSpace), software statistik (R, Python), dan platform analisis data (VantagePoint, Sci2). Dengan bantuan alat-alat tersebut, peneliti dapat dengan mudah mengubah data publikasi yang rumit menjadi visualisasi yang informatif dan mudah dipahami.

Bibliometrik telah banyak diterapkan di berbagai bidang ilmu, seperti kedokteran untuk menganalisis tren penelitian dalam bidang kanker, diabetes, dan penyakit lainnya. Di bidang teknologi, bibliometrik digunakan untuk menganalisis perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, nanoteknologi, dan energi terbarukan. Sementara dalam bidang sosial dan humaniora, bibliometrik dimanfaatkan untuk menganalisis tren penelitian dalam bidang pendidikan, politik, dan ekonomi.

Sebagai penutup, bibliometrik adalah alat yang canggih dan powerful untuk memvisualisasikan perkembangan riset. Bagi para peneliti, bibliometrik adalah kompas yang menuntun mereka dalam menjelajahi lautan pengetahuan, membantu mereka untuk menemukan arah, membangun kolaborasi, dan menemukan mutiara penelitian baru. Dengan memanfaatkan bibliometrik secara efektif, peneliti dapat menjadi navigator handal di dunia riset, menghasilkan kontribusi yang berarti bagi kemajuan ilmu pengetahuan.

Bibliografi
Hood, W. W., & Wilson, C. S. (2001). The literature of bibliometrics, scientometrics, and informetrics. Scientometrics, 52, 291-314.
Hossain, N. U. I., Dayarathna, V. L., Nagahi, M., & Jaradat, R. (2020). Systems thinking: A review and bibliometric analysis. Systems, 8(3), 23.
Kear, R., & Colbert-Lewis, D. (2011). Citation searching and bibliometric measures: Resources for ranking and tracking. College & research libraries news, 72(8), 470-474.
Kirby, A. (2023). Exploratory bibliometrics: Using VOSviewer as a preliminary research tool. Publications, 11(1), 10.
Kokol, P., Blažun Vošner, H., & Završnik, J. (2021). Application of bibliometrics in medicine: a historical bibliometrics analysis. Health Information & Libraries Journal, 38(2), 125-138.
Paisley, W. (1989). Bibliometrics, scholarly communication, and communication research. Communication research, 16(5), 701-717.
Rojas-Sánchez, M. A., Palos-Sánchez, P. R., & Folgado-Fernández, J. A. (2023). Systematic literature review and bibliometric analysis on virtual reality and education. Education and Information Technologies, 28(1), 155-192.
Romanelli, J. P., Gonçalves, M. C. P., de Abreu Pestana, L. F., Soares, J. A. H., Boschi, R. S., & Andrade, D. F. (2021). Four challenges when conducting bibliometric reviews and how to deal with them. Environmental Science and Pollution Research, 1-11.
Rousseau, R., Egghe, L., & Guns, R. (2018). Becoming metric-wise: A bibliometric guide for researchers. Chandos Publishing.
Van Raan, A. (1999). Advanced bibliometric methods for the evaluation of universities. Scientometrics, 45(3), 417-423.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Pemetaan Literatur dengan Bibliometrik: Memvisualisasikan Perkembangan Riset," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, March 30, 2024, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2024/03/30/pemetaan-literatur-dengan-bibliometrik-memvisualisasikan-perkembangan-riset/.
Islam and Counterterrorism (Unmuh Barru)

Islam and Counterterrorism: Beyond Misconceptions and Towards Partnership

Unmuhbarru.ac.id, Barru – Islam, a religion followed by over 1.5 billion people globally, is too often portrayed in the media as inherently linked to terrorism. This dangerous misconception not only fosters Islamophobia but also hinders effective counterterrorism efforts. Examining the core tenets of Islam and the vast majority of Muslims’ peaceful stance against violence is crucial for fostering cooperation in the fight against terrorism.

Moving from Misconceptions to Islamic Principles

The Quran, the central text of Islam, emphasizes peace and justice. It instructs believers to fight only in self-defense: “And fight in the way of Allah those who fight you but do not transgress. Indeed, Allah does not like transgressors.” (Quran 2:190). Extremist groups, however, cherry-pick interpretations of scripture to justify violence, ignoring the Quran’s emphasis on peaceful solutions and the sanctity of human life. Understanding these nuances is critical to dismantling the narrative that equates Islam with terrorism.

Beyond Condemnation: Muslims on the Frontlines of Peacebuilding

The overwhelming majority of Muslims actively condemn terrorism. Muslim communities themselves are often the first targets of terrorist violence. Organizations like the Islamic Relief Worldwide and the Muslim Council of Britain not only condemn extremism but also work tirelessly to counter radicalization efforts and promote peacebuilding initiatives.

The Complexities of Radicalization

While Islam itself does not promote terrorism, some individuals become radicalized through a complex interplay of factors. Feelings of social alienation, political marginalization, and economic hardship can create fertile ground for extremist ideologies to take root. Extremist groups often exploit these grievances and manipulate religious texts to justify violence. Countering violent extremism requires addressing these root causes, not just the extremist narratives themselves.

Promoting Social Cohesion: Countering Radicalization from the Ground Up

Building bridges between communities and fostering interfaith dialogue are essential to combat Islamophobia and reduce the appeal of extremist ideologies. Educational initiatives that promote a nuanced understanding of Islam and its emphasis on peace, justice, and social responsibility can help dismantle negative stereotypes. Investing in social programs that address issues of poverty and social exclusion can help prevent individuals from feeling marginalized and susceptible to radicalization efforts.

Empowering Grassroots Initiatives: Equipping Muslim Communities

Muslim communities hold the key to identifying and addressing potential radicalization within their own spaces. Providing resources and support to religious leaders, educators, and social workers can equip them to counter extremist narratives and foster resilience against violence. Initiatives that empower women and youth within Muslim communities are particularly important, as these groups are often targeted by extremist recruiters.

Security Partnerships Rooted in Mutual Respect

Collaboration between governments, religious leaders, and security agencies is essential for effective counterterrorism efforts. Muslim communities can be valuable partners in identifying potential threats and providing insights into the factors that contribute to radicalization. Law enforcement agencies must be mindful of building trust with Muslim communities and avoid tactics that alienate or demonize entire populations. This collaborative approach, rooted in mutual respect and مشاركة (Mushtarika: cooperation), is the cornerstone of effective counterterrorism strategies.

In conclusion, Islam is a religion that overwhelmingly promotes peace and social justice. Combating terrorism requires a nuanced understanding of the root causes of radicalization and fostering cooperation between all stakeholders. By moving beyond misconceptions, promoting interfaith dialogue, and empowering Muslim communities, we can create a more secure and just future for all.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Islam and Counterterrorism: Beyond Misconceptions and Towards Partnership," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, March 30, 2024, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2024/03/30/islam-and-counterterrorism-beyond-misconceptions-and-towards-partnership/.
Teacher Training (Unmuh Barru)

Navigating the Intersection: Faith, Securities, and Counterterrorism

Unmuhbarru.c.id, Barru – The world today grapples with the ever-present threat of terrorism, a complex landscape where the role of faith-based institutions (FBIs) takes on a critical and multifaceted dimension. FBIs, encompassing religious organizations, charities, and affiliated entities, occupy a unique space at the crossroads of faith, securities, and counterterrorism efforts. While they serve as cornerstones of communities, fostering social cohesion and moral values, they can also become unwitting targets or conduits for terrorist financing and activities. Navigating this complex intersection requires a nuanced understanding of the challenges and opportunities that arise, demanding collaboration and innovative approaches from governments, FBIs themselves, and the financial sector.

The landscape of terrorism has undergone a significant transformation in recent years. The rise of lone-wolf attackers and decentralized networks has made traditional methods of tracking and disrupting terrorist activities more challenging. Terrorist organizations are increasingly adept at exploiting vulnerabilities in the financial system, utilizing FBIs and charities as unwitting channels to move funds and support their operations. This exploitation stems from several factors.

FBIs often operate on a foundation of trust within their communities. Terrorist groups may seek to leverage this trust to gain access to financial resources or hide illicit activities within seemingly legitimate religious activities. In many regions where FBIs are prevalent, cash remains the primary mode of transaction. This lack of transparency makes it easier for terrorist groups to move funds undetected through informal channels. Some FBIs, particularly in developing countries, may lack the financial expertise or awareness of money laundering and terrorist financing red flags. This can make them susceptible to manipulation by terrorist organizations.

The consequences of FBIs being exploited for terrorist financing are far-reaching. It undermines public trust in these institutions, hinders their ability to deliver critical social services, and ultimately strengthens the capacity of terrorist groups to operate. Additionally, the financial risks associated with FBIs can lead to increased scrutiny and regulatory burdens, potentially hindering their legitimate fundraising activities.

Despite the vulnerabilities, FBIs also possess significant potential to be partners in countering terrorism. Their deep-rooted connections within communities enable them to serve as early warning systems, identifying potential radicalization and recruitment efforts. Religious leaders can play a vital role in promoting messages of peace, tolerance, and respect for the rule of law, countering extremist ideologies that fuel terrorism. Moreover, FBIs can provide valuable support to rehabilitation and reintegration efforts for individuals who have been involved in or are at risk of being drawn into extremist activities.

Effective navigation of this complex intersection demands a collaborative approach. Governments have a critical role to play in developing clear and tailored regulations. These regulations should be designed to strike a balance between safeguarding the financial system from terrorist financing and avoiding undue burdens on legitimate fundraising activities of FBIs. Governments can further support FBIs by providing training on financial literacy, anti-money laundering (AML) compliance, and recognizing red flags associated with terrorist financing. Regular communication and dialogue between governments and FBIs are crucial to build trust and address concerns.
The financial sector also has a role to play. Financial institutions can develop risk-based approaches that are tailored to the specific vulnerabilities of FBIs, focusing on higher-risk transactions while minimizing disruptions to legitimate activities. Financial institutions can offer training and support to FBIs on best practices for AML compliance and suspicious activity reporting.

FBIs themselves can take proactive steps to mitigate the risk of being exploited by terrorists. This includes developing strong internal controls, such as internal audits and segregation of duties, to deter and detect suspicious activity. Educating staff and volunteers on AML/Counter Financing of Terrorism (CFT) regulations and red flags can help them identify and report suspicious activity. FBIs can demonstrate transparency in their financial activities and reporting to build trust with donors and authorities.

Navigating the intersection of faith, securities, and counterterrorism requires a multi-pronged approach. By fostering collaboration between governments, FBIs, and the financial sector, along with proactive steps taken by FBIs themselves, we can mitigate the risks of terrorist financing while empowering these institutions to continue their vital role in communities. By working together, we can ensure that FBIs remain bastions of faith and social good, not unwitting instruments of terror.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Navigating the Intersection: Faith, Securities, and Counterterrorism," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, March 30, 2024, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2024/03/30/navigating-the-intersection-faith-securities-and-counterterrorism/.
Bibliometrik (Unmuh Barru)

Bibliometrik Untuk Pemula: Mengenal Bibliometrik

Bibliometrik untuk Pemula

Belajar ini dimulai dari sebuah platform Research Gate. Dimana membaca artikel dengan analisis bibliomterik. Perjalanan belajarpun dimulai dengan istilah yang bolehjadi tidak terlalu tepat “Journey Based Learning”.

Apa itu Bibliometrik?

Bibliometrik adalah bidang ilmu yang mempelajari tentang publikasi ilmiah dan hubungannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bidang ini menggunakan metode statistik dan matematika untuk menganalisis data publikasi, seperti jumlah publikasi, kutipan, dan penulis.

Manfaat Bibliometrik

Bibliometrik dapat digunakan untuk berbagai tujuan, seperti:
• Memetakan lanskap penelitian: Bibliometrik dapat digunakan untuk mengidentifikasi area penelitian yang sedang berkembang, serta hubungan antara area penelitian yang berbeda.
• Mengevaluasi kinerja penelitian: Bibliometrik dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja peneliti, institusi, dan negara.
• Memprediksi tren penelitian: Bibliometrik dapat digunakan untuk memprediksi tren penelitian di masa depan.

Metode Bibliometrik

Bibliometrik menggunakan berbagai metode statistik dan matematika untuk menganalisis data publikasi. Beberapa metode yang umum digunakan antara lain:
• Analisis sitasi: Analisis sitasi digunakan untuk menganalisis bagaimana publikasi ilmiah saling merujuk.
• Analisis co-authorship: Analisis co-authorship digunakan untuk menganalisis kolaborasi antara peneliti.
• Analisis jaringan: Analisis jaringan digunakan untuk menganalisis hubungan antara publikasi ilmiah, peneliti, dan institusi.

Sumber Data Bibliometrik

Data bibliometrik dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti:
• Scopus: Scopus adalah database abstrak dan sitasi yang berisi informasi tentang jutaan publikasi ilmiah.
• Web of Science: Web of Science adalah database abstrak dan sitasi yang berisi informasi tentang jutaan publikasi ilmiah.
• Google Scholar: Google Scholar adalah mesin pencari yang memungkinkan pengguna untuk mencari publikasi ilmiah di internet.
Bibliometrik adalah alat tepat yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Bagi pemula, penting untuk memahami dasar-dasar bibliometrik, seperti metode dan sumber data yang digunakan. Dengan memahami dasar-dasar ini, pemula dapat mulai menggunakan bibliometrik untuk penelitian mereka sendiri.

Bibliografi
Ball, R. (2017). An introduction to bibliometrics: New development and trends. Chandos Publishing.
Borgman, C. L. (1989). Bibliometrics and scholarly communication: editor’s introduction. Communication research, 16(5), 583-599.
Eom, S. (2009). An introduction to bibliometrics and informetrics. In Author cocitation analysis: Quantitative methods for mapping the intellectual structure of an academic discipline (1-35). IGI Global.
Haustein, S., & Larivière, V. (2014). The use of bibliometrics for assessing research: Possibilities, limitations and adverse effects. In Incentives and performance: Governance of research organizations (121-139). Cham: Springer International Publishing.
Schneider, J. W., & Borlund, P. (2004). Introduction to bibliometrics for construction and maintenance of thesauri: Methodical considerations. Journal of Documentation, 60(5), 524-549.

*Sebagai dari naskah ini telah tayang di https://agenda.unmuhbarru.ac.id. Kemudian disimpan dalam preprint: Wekke, I. S. (2024). Bibliometrik untuk Pemula. https://doi.org.10.13140/RG.2.2.11622.02886. Tersedia di tautan: https://www.researchgate.net/publication/379260209_Bibliometrik_untuk_Pemula.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Bibliometrik Untuk Pemula: Mengenal Bibliometrik," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, March 25, 2024, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2024/03/25/bibliometrik-untuk-pemula-mengenal-bibliometrik/.
AURA (Unmuh Barru)

Literasi Ngabuburit: Identifikasi Opini, Fakta, dan Ujaran Kebencian

Unmuhbarru.ac.id, Makassar – Jelang berbuka puasa (ngabuburit) dijadikan kesempatan untuk berbincang tentang literasi. Mudahnya, kemudian diistilahkan Literasi Ngabuburit. Walau dalam klasifikasi literasi, ini akan menjadi istilah yang bermasalah.

Sekalipun Ramadan adalah bulan ibadah, tetap saja terkait membedakan klasifikasi berita atau informasi yang berada di tangan masing-masing individu menjadi kesulitan tersendiri. Bahkan sekelas guru besar sekalipun [1]. Sehingga ini menjadi perbincangan bersama dengan majelis taklim dan juga para pegiat literasi, termasuk Duta Baca Sulawesi Selatan.

Diprakarsai Bachtiar Adnan Kusuma, sahabat Amir Uskara berkumpul sebagai momen berbuka puasa dan juga penguatan literasi Makassar-Gowa. Dalam kesempatan tersebut, turut hadir direktur madrasah unggulan Arifah, Sungguminasa.

Sehingga kesempatan berkumpul ini, menjadi peluang untuk meluaskan diskusi. Termasuk sudah diingatkan oleh Prof Yusuf bahwa apa yang menjadi kandungan Alquran bukanlah peristiwa masa lalu saja. Tetapi itu akan terulang dalam situasi yang berbeda [2]. Ini merupakan pendekatan yang memungkinkan dalam kajian kontemporer Alquran [3].

Bibliografi

[1] https://www.cnbcindonesia.com/tech/20230309130441-37-420258/mahfud-md-kaget-ada-profesor-sebar-berita-hoaks-di-grup-wa.

[2] https://bsa.fah.uin-alauddin.ac.id/berita-21469-guru-besar-bsa-uin-alauddin-dikukuhkan-dalam-bidang-ilmu-tafsir.

[3] Junaedi, D. (2015). Living Qur’an: Sebuah Pendekatan Baru dalam Kajian Al-Qur’an (Studi Kasus di Pondok Pesantren As-Siroj Al-Hasan Desa Kalimukti Kec. Pabedilan Kab. Cirebon). Journal of Qur’an and Hadith Studies4(2), 169-190.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Literasi Ngabuburit: Identifikasi Opini, Fakta, dan Ujaran Kebencian," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, March 20, 2024, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2024/03/20/literasi-ngabuburit-identifikasi-opini-fakta-dan-ujaran-kebencian/.
Pemilhan Umum (Unmuh Barru)

Pemilu 2024: Pilihan Warga Muhammadiyah

Unmuhbarru.ac.id, Barru – Tahapan pencoblosan Pemilihan Umum 2024 telah dilalui, 14 Februari 2024. Selanjutnya, menunggu penetapan hasil pemilu oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Sebuah pertanyaan “bagaimana warga Muhammadiyah memilih?”. Pertanyaan penelitian ini menjadi sebuah kajian dengan melakukan wawancara dan diskusi terpumpun.

Sementara itu, hitung cepat (quick count) memberikan ilustrasi terkait dengan pilihan warga melalui metode exit poll. Dalam pertanyaan demografi pemilih juga mencantumkan afiliasi agama dengan salah satunya Islam – Muhammadiyah.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Pemilu 2024: Pilihan Warga Muhammadiyah," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, March 12, 2024, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2024/03/12/pemilu-2024-pilihan-warga-muhammadiyah/.
Student Mobility (Unmuh Barru)

Program Kampus Merdeka, Rekognisi Internasional di Asia Tenggara

Unmuhbarru.ac.id, Barru – Program Kampus Merdeka dengan nama Student Mobility, akan dilaksanakan di Malaysia-Thailand-Singapura. Kegiatan direncanakan 11 s.d. 21 Oktober 2024.

Adapun kampus yang sudah menyatakan konfirmasi diantaranya Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) di Institut Kajian Malaysia dan Antarabangsa (IKMAS), dan Universiti Teknikal Malaysia Melaka (UTeM).

Kegiatan Student Mobility hanyalah satu rangkaian. Sebelum itu dilaksanakan pelbagai aktivitas diantaranya Indonesia-Malaysia Academic Mobility Week (Al-Shami & Wekke, 2024), dan juga diskusi sebagai pengumpulan data untuk penelitian kolaboratif.

Dalam pelaksanaan 2023, turut serta kampus-kampus Indonesia diantaranya Universitas Sumatera Barat, Universitas Lammapapoleonro (Soppeng, Sulawesi Selatan), STAI DDI Makassar, STAI Al-Gazali Bulukumba (Sulawesi Selatan), STAI Rawa Aopa (Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara), IAI DDI Sidenreng Rappang (Sulawesi Selatan),.

Kegiatan mendatang, dilaksanakan bersama Universitas Muhammadiyah Barru (Sulawesi Selatan), STEBI Al-Mukhsin Yogyakarta, dan SEAAM.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Program Kampus Merdeka, Rekognisi Internasional di Asia Tenggara," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, March 12, 2024, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2024/03/12/program-kampus-merdeka-rekognisi-internasional-di-asia-tenggara/.
Tadarus (Unmuh Barru)

Menyambut Ramadan Dengan Tadarus Lintas Negara

Unmuhbarru.ac.id, Barru – Sekalipun pandemi telah berlalu, aktivitas daring kini tetap saja menjadi bagian dari kehidupan. Justru dengan adanya fasilitas daring menjadi alternatif dalam melaksanakan kegiatan.

Termasuk dalam kegiatan Ramadan 1445 H/2024 M kini. Bersama-sama dengan kemitraan Universitas Muhammadiyah Barru, STIT Sirojul Falah (Bogor), dan jejaring IUCRS melaksanakan kegiatan Tadarus Penelitian dan Publikasi Ilmiah sepanjang Ramadan.

Dilaksanakan berkala dengan jadwal siang dan malam. Sekaligus sebagai kesempatan untuk belajar bersama. Sehingga kembali menyegarkan pemahaman dan juga kemahiran penelitian dan publikasi.

Tidak saja bersama-sama perguruan tinggi dalam negeri, tetapi juga bersama dengan kolega dari Malaysia, dan Brunai Darussalam. Sehingga secara regional terlaksana untuk menjadi program dalam meneruskan kerjasama regional di Asia Tenggara.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Menyambut Ramadan Dengan Tadarus Lintas Negara," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, March 11, 2024, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2024/03/11/menyambut-ramadan-dengan-tadarus-lintas-negara/.
Ngabuburit (Unmuh Barru)

Ngabuburit dan Produktivitas: Gagasan Penulis ilmiah

Unmuhbarru.ac.id, Barru – Kita kenal bersama ngabuburit. Kata ini khas Sunda yang kemudian menasional. Dijadikan sebagai bahasa bersama, menunggu waktu berbuka puasa. Itu pemaknaan secara bebas.

Namun demikian, berpuasa sejatinya adalah bagian dari produktivitas. Maka, Ramadan ini menjadi sebuah peluang untuk bekerja bersama dalam mendorong wujudnya sebuah karya. Mulai dari sebuah “diskusi”. Bahkan teringat dimana masa-masa pandemi awal tahun 2020, rapatpun dapat menggunakan grup whatsapp.

Pagebluk covid-19 telah berlalu. Saatnya untuk menemukenali apa yang menjadi adaptasi pasca pandemi. Ada beberapa aspek yang berubah seiring dengan adaptasi. Sekaligus ada situasi baru yang kadang disebut dengan new normal.

Sehingga menjalani bulan suci Ramadan 1445 H/2024 M ini, sebuah peluang untuk digunakan bersama dalam kaitan mewujudkan produktivitas melalui kerja-kerja bersama.

Kembali ke ngabuburit. Ini juga masa-masa yang menggembirakan. Dimana puasa yang dijalani berawal dengan sahur. Kemudian diteruskan dengan salat shubuh. Seterusnya berjalan sampai Ashar. Begitu menanti beduk ditalukan sebagai tanda datangnya magrib, maka masa-masa ngabuburit dapat menjadi detik-detik selain sebagai sebuah kegembiraan, juga menjadi aktivitas untuk tetap produktif.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Ngabuburit dan Produktivitas: Gagasan Penulis ilmiah," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, March 11, 2024, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2024/03/11/ngabuburit-dan-produktivitas-gagasan-penulis-ilmiah/.