G20 2026 (Unmuh Barru)

The Next G20 2026, Miami: Multilateral Cooperation in the topic Interreligious Understanding

Unmuhbarru.ac.id, Barru – The G20 Summit in Miami, scheduled for December 2026, presents an important opportunity for multilateral cooperation to extend beyond its traditional economic and financial focus. While the G20’s official agenda, organized by the host country, often centers on global economic growth, trade, and financial stability, the associated “Engagement Groups”—like the G20 Interfaith Forum—provide a vital platform to address societal challenges. 

Considering the complexity of global issues, dedicating serious deliberation to Interreligious Understanding within the broader framework of multilateral efforts is essential for fostering stability and cohesion worldwide. This topic will be addressed through civilian participation. The platform among it is IF20.

Focusing on Interreligious Understanding as a topic for multilateral cooperation acknowledges the profound influence of faith-based organizations and religious communities on global affairs, from social development and poverty alleviation to conflict resolution and peacebuilding. The Miami summit, therefore, can serve as a crucial venue for G20 nations to develop and endorse joint strategies that leverage the positive contributions of diverse religious groups. 

This includes promoting interfaith dialogue, supporting educational initiatives that counter prejudice, and ensuring that policies related to economic growth and development are sensitive to cultural and religious diversity, thereby fostering inclusive societies. In addition, there will be university partnerships for that cooperation.

Ultimately, by prioritizing Interreligious Understanding, the G20 2026 can advance a more holistic vision of global governance. Multilateral cooperation on this topic is not merely an exercise in cultural exchange but a strategic necessity. It is about building trust and resilience against forces of division, extremism, and conflict that often have religious dimensions. The discussions in Miami would aim to translate the principles of dialogue and mutual respect into actionable commitments, ensuring that the G20’s pursuit of a prosperous and stable world is firmly anchored in the recognition and celebration of human diversity.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "The Next G20 2026, Miami: Multilateral Cooperation in the topic Interreligious Understanding," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, September 28, 2025, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2025/09/28/the-next-g20-2026-miami-multilateral-cooperation-in-the-topic-interreligious-understanding/.
Sulsel (Unmuh Barru)

Muhammadiyah di Sulawesi Selatan: Pilar Pendidikan Islam

Unmuhbarru.ac.id, Barru – Muhammadiyah, sebuah organisasi Islam modernis, telah berpartisipasi dalam sejarah dan perkembangan sosial-keagamaan Indonesia (bahkan mengglobal), dan begitu pula di Sulawesi Selatan. Sejak awal abad ke-20, organisasi ini telah berdiri melalui partisipasi warga, khususnya melalui pendirian lembaga pendidikan yang menjadi pilar utama dakwah dan pembaharuan. Kontribusi Muhammadiyah di wilayah ini tidak terlepas dari peran penting perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah sebagai pusat-pusat intelektual dan kemajuan.

Muhammadiyah masuk ke Sulawesi Selatan melalui jalur perdagangan dan dakwah. Para saudagar dan ulama yang terinspirasi oleh gerakan K.H. Ahmad Dahlan membawa ide-ide pembaharuan ke Makassar dan kota-kota lain. Mereka mendirikan cabang-cabang Muhammadiyah yang segera fokus pada pendidikan. Pada masa awal, sekolah-sekolah Muhammadiyah menjadi alternatif dari pendidikan tradisional dan kolonial, menawarkan kurikulum yang memadukan ajaran Islam dengan ilmu pengetahuan modern.

Perguruan Tinggi Muhammadiyah: Gerakan Intelektual

Perguruan tinggi Muhammadiyah di Sulawesi Selatan menjadi tonggak utama dalam memperluas jangkauan dan pengaruh organisasi. Institusi-institusi ini tidak hanya mencetak lulusan yang kompeten di berbagai bidang, tetapi juga menjadi pusat kajian Islam dan ilmu pengetahuan. Mereka berperan dalam melahirkan intelektual, profesional, dan pemimpin yang berlandaskan nilai-nilai Muhammadiyah.

Salah satu perguruan tinggi terkemuka adalah Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismuh Makassar). Didirikan pada tahun 1963, Unismuh Makassar berkembang menjadi salah satu universitas swasta terbesar di Indonesia Timur. Unismuh menawarkan beragam program studi, mulai dari ilmu sosial, humaniora, hingga sains dan teknologi. Kehadirannya telah memberikan kontribusi signifikan terhadap pembangunan sumber daya manusia di Sulawesi Selatan dan sekitarnya.

Selain Unismuh Makassar, ada beberapa perguruan tinggi Muhammadiyah lainnya yang tersebar di berbagai kabupaten/kota, seperti Universitas Muhammadiyah Parepare dan Universitas Muhammadiyah Palopo. Masing-masing perguruan tinggi ini memiliki peran strategis dalam memenuhi kebutuhan pendidikan lokal dan regional. Mereka tidak hanya menjalankan fungsi akademik, tetapi juga aktif dalam pengabdian kepada masyarakat dan penelitian.

Begitu pula di Barru, dari STKIP Muhammadiyah Barru bertransformasi menjadi Universitas Muhammadiyah Barru. Kini (2025) telah menjejakkan langkah di tahun kedua, menuju tahun ketiga. Dalam perkembangannya, telah mencapai re-akreditasi. Pengembangan Unmuh Barru, juga melangkah sampai ke jenjang global. Dalam perhelatan teraklir, bersama BOLT menggelar Summer School in Japan, Agustus 2025.

Peran Aisyiyah: Memajukan Perempuan

Aisyiyah, organisasi otonom Muhammadiyah yang khusus membina perempuan, memiliki peran yang sama keberadaanya. Aisyiyah di Sulawesi Selatan aktif dalam mendirikan lembaga pendidikan, terutama yang berfokus pada perempuan dan anak-anak. Mereka mengelola berbagai sekolah, mulai dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi.

Institut Aisyiyah Sulawesi Selatan di Samata (Gowa) adalah salah satu peran Aisyiyah dalam pendidikan tinggi. Institusi ini fokus pada bidang keagamaan (studi Islam), mencetak tenaga-tenaga profesional keagamaan Islam. Keberadaan Institut Aisyiyah menjadi diperlukan dalam meningkatkan kualitas pelayanan keagamaan, terutama dalam menyentuh kalangan perempuan.

Aisyiyah juga mengelola berbagai panti asuhan, rumah sakit, dan lembaga sosial lainnya yang terintegrasi dengan jaringan Muhammadiyah. Melalui berbagai programnya, Aisyiyah memberdayakan perempuan, meningkatkan kesejahteraan keluarga, dan menyebarkan nilai-nilai Islam yang berkemajuan.

Dampak dan Kontribusi

Kehadiran perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah di Sulawesi Selatan telah memberikan dampak yang luas. Pertama, pendidikan Islam modern menjadi lebih mudah diakses oleh masyarakat. Kedua, mereka telah melahirkan generasi cendekiawan dan profesional yang memiliki integritas dan komitmen sosial. Ketiga, perguruan tinggi ini menjadi agen perubahan yang mendorong pembangunan sosial, ekonomi, dan budaya.

Secara keseluruhan, Muhammadiyah di Sulawesi Selatan tidak hanya dikenal sebagai organisasi keagamaan, tetapi juga sebagai gerakan pendidikan yang kuat. Perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya yang didirikan oleh Muhammadiyah dan Aisyiyah menjadi bukti nyata dari komitmen mereka untuk memajukan umat dan bangsa. Mereka terus beradaptasi dengan perkembangan zaman, memastikan bahwa dakwah melalui pendidikan tetap relevan dan berkelanjutan.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Muhammadiyah di Sulawesi Selatan: Pilar Pendidikan Islam," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, August 27, 2025, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2025/08/27/muhammadiyah-di-sulawesi-selatan-pilar-pendidikan-islam/.
The ISHE Melaka (Panrita Husada & Unmuh Barru)

The Connection Between Health, Environment, and Entrepreneurial Spirit

Unmuhbarru.ac.id, Barru – The modern world often compartmentalizes our biggest challenges, treating public health, environmental conservation, and economic growth as separate, and sometimes competing, domains. However, a deeper look reveals a profound and often overlooked symbiotic relationship between health, the environment, and the entrepreneurial spirit. Rather than isolated variables, they form a complex, interconnected system where the well-being of one directly influences the others. 

A healthy population is more capable of innovation and problem-solving, a thriving environment provides the essential resources for life and industry, and a dynamic entrepreneurial class possesses the creativity to build a future that sustains both. Understanding this integrated framework is crucial for fostering a truly sustainable and prosperous society.

The connection between human health and the environment is perhaps the most self-evident. Environmental degradation directly leads to a myriad of public health crises. For instance, air pollution from industrial emissions and vehicles is a leading cause of respiratory diseases and heart conditions globally, while plastic waste and chemical runoff contaminate water sources, jeopardizing sanitation and food safety. 

The very air we breathe and water we drink, which are fundamental to human health, are products of our environment. As such, any degradation of our ecological systems poses a direct threat to our collective physical and mental well-being, creating a compelling, and urgent, need for innovative solutions that can reverse these trends and protect public health.

This is precisely where the entrepreneurial spirit becomes an indispensable force for positive change. Entrepreneurs are, by nature, problem-solvers. They identify needs and develop novel solutions, and in the context of our environmental and health crises, they are uniquely positioned to innovate. Startups focused on developing clean energy technologies, creating sustainable, biodegradable materials, or building smart agriculture systems are directly addressing the root causes of environmental damage. 

These ventures not only generate economic value but also create a healthier planet for everyone, demonstrating that profit and purpose can, and must, go hand in hand. The entrepreneurial mindset transforms environmental challenges from insurmountable problems into market opportunities for creating a better world.

Moreover, the relationship is reciprocal: a focus on health and wellness can serve as a powerful catalyst for entrepreneurial activity. As individuals become more conscious of their personal well-being, a new demand emerges for products and services that support a healthy lifestyle. This consumer shift has fueled a boom in the wellness industry, from organic food delivery services and fitness technology to mental health applications and eco-friendly home goods. 

An entrepreneur who recognizes this shift can build a successful business that not only meets a market need but also encourages a healthier society. This creates a virtuous cycle where personal health consciousness drives business innovation, which in turn makes a healthy lifestyle more accessible to others.

In conclusion, the destiny of human health, the environment, and entrepreneurialism is deeply intertwined. The challenges we face—from climate change to chronic disease—are too complex to be solved in isolation. A truly effective path forward lies in an integrated approach where the entrepreneurial spirit is harnessed not just for wealth creation, but for the betterment of both humanity and the planet. 

By fostering an environment where innovators are empowered to prioritize a holistic vision, we can create a future where healthy people thrive in a healthy environment, propelled by the very businesses they build to solve the world’s most pressing problems. This condition as the part of symposium of ISHE 2025 to come up of academia forum in identifying problem solving if any.

Cite this article as: Muriyati Mursali Asare, "The Connection Between Health, Environment, and Entrepreneurial Spirit," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, August 27, 2025, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2025/08/27/the-connection-between-health-environment-and-entrepreneurial-spirit/.

 

Design Thinking (Unmuh Barru)

Kemampuan Design Thinking Bagi Mahasiswa

Unmuhbarru.ac.id, Jakarta – Di era digital yang penuh dengan perubahan dan ketidakpastian, mahasiswa dituntut untuk memiliki kemampuan yang adaptif dan inovatif. Salah satu kemampuan yang relevan dan perlu dikuasai adalah design thinking.

Design thinking bukan hanya sekadar proses desain produk, tetapi juga pendekatan pemecahan masalah yang berfokus pada pengguna (user-centered) dengan mengedepankan empati, kreativitas, dan kolaborasi.

Design thinking membekali mahasiswa dengan kemampuan untuk memahami kebutuhan dan masalah pengguna secara mendalam melalui empati. Proses ini melibatkan pengamatan, wawancara, dan riset untuk mengidentifikasi pain points atau tantangan yang dihadapi pengguna. Dengan pemahaman yang mendalam, mahasiswa dapat mengembangkan solusi yang tepat sasaran dan relevan.

Selain itu, design thinking mendorong mahasiswa untuk berpikir kreatif dan menghasilkan ide-ide inovatif. Melalui teknik brainstorming, mind mapping, dan prototyping, mahasiswa diajak untuk mengeksplorasi berbagai kemungkinan solusi tanpa takut gagal. Proses iteratif ini memungkinkan mereka untuk terus menyempurnakan ide hingga mencapai solusi yang optimal.

Kemampuan kolaborasi juga menjadi aspek penting dalam design thinking. Mahasiswa belajar bekerja dalam tim yang beragam, menghargai perbedaan pendapat, dan membangun solusi secara bersama-sama. Kolaborasi ini tidak hanya meningkatkan kualitas solusi, tetapi juga mengembangkan kemampuan komunikasi dan kepemimpinan mahasiswa.

Penerapan design thinking dalam dunia perkuliahan dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti proyek kelompok, studi kasus, atau workshop. Mahasiswa dapat dilibatkan dalam proyek-proyek yang menantang, di mana mereka harus menerapkan tahapan design thinking untuk memecahkan masalah nyata. Dengan demikian, mereka tidak hanya belajar teori, tetapi juga mengalami langsung prosesnya.

Manfaat design thinking tidak hanya terbatas pada dunia akademik. Kemampuan ini sangat relevan di dunia kerja, di mana perusahaan-perusahaan mencari individu yang kreatif, inovatif, dan mampu memecahkan masalah secara efektif. Mahasiswa yang menguasai design thinking memiliki keunggulan kompetitif di pasar kerja.

Selain itu, design thinking juga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mahasiswa dapat menggunakan pendekatan ini untuk memecahkan masalah pribadi, merencanakan kegiatan, atau bahkan mengembangkan ide bisnis. Kemampuan ini membantu mereka untuk menjadi individu yang proaktif, adaptif, dan mampu menghadapi tantangan dengan percaya diri.

Dengan demikian, design thinking merupakan kemampuan yang sangat berharga bagi mahasiswa. Kemampuan ini tidak hanya membekali mereka dengan keterampilan pemecahan masalah, tetapi juga mengembangkan kreativitas, kolaborasi, dan empati. Di era yang terus berubah, mahasiswa yang menguasai design thinking akan memiliki bekal yang kuat untuk meraih kesuksesan di masa depan.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Kemampuan Design Thinking Bagi Mahasiswa," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, March 13, 2025, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2025/03/13/kemampuan-design-thinking-bagi-mahasiswa/.
Japan (Unmuh Barru)

Tantangan Belajar Alquran Bagi Mualaf Jepang

Unmuhbarru.ac.id, Barru – Islam di Jepang terus mengalami perkembangan, dengan jumlah mualaf yang terus bertambah. Namun, perjalanan spiritual para mualaf ini tidak selalu mudah, terutama dalam mempelajari Alquran. Ada berbagai tantangan unik yang mereka hadapi, mulai dari perbedaan bahasa hingga budaya.

Salah satu tantangan terbesar adalah bahasa. Bahasa Arab, bahasa Alquran, sangat berbeda dengan bahasa Jepang. Struktur kalimat, kosakata, dan sistem penulisan yang berbeda membuat proses belajar menjadi sangat sulit. Banyak mualaf Jepang yang kesulitan memahami makna ayat-ayat Alquransecara langsung.

Selain itu, budaya Jepang yang sekuler juga menjadi tantangan tersendiri. Tidak semua mualaf mendapatkan dukungan dari keluarga atau lingkungan sekitar dalam mempelajari agama baru mereka. Terkadang, mereka bahkan menghadapi diskriminasi atau penolakan.

Kurangnya sumber daya dan fasilitas juga menjadi masalah. Tidak banyak masjid atau pusat studi Islam di Jepang, terutama di daerah pedesaan. Hal ini membuat mualaf kesulitan mendapatkan akses ke guru atau materi pembelajaran yang berkualitas.

Namun, semangat para mualaf Jepang untuk mempelajari Alquransangatlah tinggi. Mereka menggunakan berbagai cara untuk mengatasi tantangan yang ada. Ada yang mengikuti kelas bahasa Arab, belajar secara daring, atau bergabung dengan komunitas Muslim.

Beberapa organisasi dan individu juga berupaya membantu para mualaf dalam perjalanan spiritual mereka. Mereka menyediakan kelas pengajian, menerjemahkan Alquranke dalam bahasa Jepang, dan mengadakan acara-acara keagamaan.

Peran teknologi juga sangat penting. Aplikasi dan situs web pembelajaran Alquranmembantu mualaf belajar secara mandiri, kapan saja dan di mana saja. Media sosial juga menjadi sarana untuk berbagi pengalaman dan saling mendukung.

Meskipun menghadapi berbagai tantangan, para mualaf Jepang terus berusaha untuk memahami dan mengamalkan ajaran Alquran. Mereka adalah bukti nyata bahwa hidayah bisa datang kepada siapa saja, di mana saja.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Tantangan Belajar Alquran Bagi Mualaf Jepang," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, March 10, 2025, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2025/03/10/tantangan-belajar-alquran-bagi-mualaf-jepang/.
Design Thinking (Unmuh Barru)

Design Thinking for Public Policy: Studi Kasus di Berbagai Lokasi

Unmubarru.ac.id, Da Lat – Design Thinking, sebuah pendekatan inovatif yang berpusat pada manusia, dapat digunakan dalam perumusan kebijakan publik. Metode ini menekankan pada pemahaman mendalam tentang kebutuhan dan aspirasi masyarakat, serta melibatkan mereka dalam proses perancangan solusi. Artikel ini akan membahas penerapan Design Thinking dalam kebijakan publik melalui studi kasus di Singapura, Vietnam, Bandung, dan Cimahi.

Singapura: Transformasi Layanan Publik

Singapura dikenal dengan efisiensi dan inovasi dalam layanan publiknya. Penerapan Design Thinking telah membantu pemerintah Singapura untuk merancang layanan yang lebih responsif dan berpusat pada warga. Contohnya, dalam proyek “Our Singapore Conversation”, pemerintah menggunakan Design Thinking untuk mengumpulkan umpan balik dari masyarakat tentang isu-isu penting, yang kemudian digunakan untuk merumuskan kebijakan yang lebih inklusif.

Vietnam: Peningkatan Partisipasi Masyarakat

Di Vietnam, Design Thinking digunakan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan publik. Melalui lokakarya dan diskusi kelompok, masyarakat diajak untuk berbagi ide dan pandangan mereka tentang berbagai isu, seperti pembangunan infrastruktur dan perlindungan lingkungan. Hal ini membantu pemerintah untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang kebutuhan masyarakat dan merumuskan kebijakan yang lebih relevan.

Bandung: Revitalisasi Ruang Publik

Pemerintah Kota Bandung menggunakan Design Thinking untuk merevitalisasi ruang publik. Melalui pendekatan yang kolaboratif, pemerintah melibatkan masyarakat dalam proses perancangan dan implementasi proyek-proyek revitalisasi. Hasilnya adalah ruang-ruang publik yang lebih hidup, nyaman, dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Cimahi: Pengembangan Ekonomi Kreatif

Di Cimahi, Design Thinking digunakan untuk mengembangkan ekonomi kreatif. Pemerintah bekerja sama dengan pelaku industri kreatif untuk merumuskan kebijakan yang mendukung pertumbuhan sektor ini. Melalui pendekatan yang berpusat pada manusia, pemerintah memahami tantangan dan peluang yang dihadapi oleh pelaku industri kreatif, sehingga dapat merumuskan kebijakan yang lebih efektif.

Pemanfaatan Design Thinking dalam Kebijakan Publik

Design Thinking menawarkan beberapa keunggulan dalam perumusan kebijakan publik. Pertama, pendekatan ini membantu pemerintah untuk memahami kebutuhan dan aspirasi masyarakat secara lebih mendalam. Kedua, Design Thinking mendorong partisipasi masyarakat dalam proses perumusan kebijakan, sehingga menghasilkan kebijakan yang lebih inklusif dan relevan. Ketiga, Design Thinking memfasilitasi inovasi dalam kebijakan publik, sehingga pemerintah dapat menemukan solusi-solusi baru yang lebih efektif.

Meskipun menawarkan banyak manfaat, penerapan Design Thinking dalam kebijakan publik juga menghadapi tantangan. Salah satu tantangan utama adalah perlunya mengubah budaya birokrasi yang cenderung kaku dan hierarkis. Selain itu, Design Thinking juga membutuhkan sumber daya yang cukup, baik dari segi anggaran maupun tenaga ahli.

Penutup

Design Thinking merupakan pendekatan yang menjanjikan dalam perumusan kebijakan publik. Melalui studi kasus di Singapura, Vietnam, Bandung, dan Cimahi, kita dapat melihat bagaimana pendekatan ini telah membantu pemerintah untuk merancang kebijakan yang lebih responsif, inklusif, dan inovatif. Meskipun tantangan tetap ada, manfaat yang ditawarkan oleh Design Thinking menjadikannya sebagai alat yang berharga bagi pemerintah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Design Thinking for Public Policy: Studi Kasus di Berbagai Lokasi," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, February 18, 2025, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2025/02/18/design-thinking-for-public-policy-studi-kasus-di-berbagai-lokasi/.
Prosiding (Unmuh Barru)

Penulisan Makalah Prosiding

Unmuhbarru.ac.id, Jakarta – “Penulisan Makalah Prosiding: Kontribusi Akademik dalam Forum Ilmiah”. Makalah prosiding merupakan salah satu bentuk publikasi ilmiah yang penting dalam dunia akademik. Makalah ini berisi ringkasan penelitian atau pemikiran ilmiah yang dipresentasikan dalam sebuah konferensi atau seminar. Prosiding sendiri adalah kumpulan makalah yang diterbitkan setelah acara ilmiah tersebut selesai dilaksanakan.

Penulisan makalah prosiding memiliki peran strategis dalam penyebaran dan pertukaran informasi ilmiah di antara para peneliti, akademisi, dan praktisi di bidang terkait. Melalui prosiding, hasil penelitian terbaru, temuan inovatif, dan gagasan-gagasan orisinal dapat diakses oleh khalayak yang lebih luas, sehingga mempercepat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dalam konteks akademik, penulisan makalah prosiding juga menjadi indikator penting dalam penilaian kinerja dosen dan peneliti. Publikasi dalam prosiding bereputasi dapat meningkatkan reputasi akademik individu maupun institusi, serta menjadi salah satu tolok ukur dalam proses akreditasi program studi dan institusi pendidikan tinggi.

Proses penulisan makalah prosiding melibatkan beberapa tahapan. Pertama, penulis perlu menentukan topik yang relevan dan menarik, serta merumuskan tujuan dan ruang lingkup makalah. Selanjutnya, penulis melakukan kajian literatur untuk mengidentifikasi penelitian-penelitian sebelumnya yang relevan dan menemukan celah penelitian yang akan diisi.

Setelah itu, penulis mengumpulkan dan menganalisis data atau informasi yang diperlukan untuk mendukung argumen atau temuan penelitian. Penulis juga perlu menyusun kerangka makalah yang sistematis dan logis, serta menulis draf makalah dengan bahasa yang jelas, ringkas, dan sesuai dengan kaidah kebahasaan ilmiah.

Sebelum dipublikasikan, makalah prosiding biasanya melalui proses review oleh para ahli di bidang terkait. Proses review ini bertujuan untuk memastikan kualitas dan validitas ilmiah makalah, serta memberikan masukan yang konstruktif untuk perbaikan.

Makalah prosiding yang berkualitas memiliki beberapa karakteristik. Pertama, makalah harus memiliki kontribusi yang signifikan terhadap bidang ilmu pengetahuan. Kontribusi ini dapat berupa temuan baru, metode baru, atau gagasan baru yang orisinal. Kedua, makalah harus ditulis dengan jelas dan sistematis, mengikuti format dan gaya penulisan yang telah ditentukan. Ketiga, makalah harus didukung oleh data atau informasi yang valid dan relevan.

Dengan demikian, penulisan makalah prosiding merupakan bagian integral dari kegiatan akademik. Makalah prosiding tidak hanya menjadi wadah untuk menyebarkan hasil penelitian, tetapi juga sebagai sarana untuk memperkuat jejaring akademik, meningkatkan reputasi, dan berkontribusi pada kemajuan ilmu pengetahuan.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Penulisan Makalah Prosiding," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, February 15, 2025, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2025/02/15/penulisan-makalah-prosiding/.
Cyber Peace (Unmuh Barru)

Shaping the Future: Pursuit of Peace in The Digital Age

Unmuhbarru.ac.id, Barru – The digital age has undeniably revolutionized the way we communicate, interact, and conduct our lives. While it has brought about numerous advancements and opportunities, it has also presented new challenges to the pursuit of peace. The interconnectedness facilitated by digital technologies has the potential to foster understanding and cooperation, but it can also be exploited to spread misinformation, incite violence, and exacerbate conflicts. Therefore, it is crucial to critically examine the role of digital technologies in shaping the future of peace and explore strategies to harness their potential for positive change.

One of the most significant challenges to peace in the digital age is the proliferation of misinformation and hate speech. Social media platforms and online forums can be easily weaponized to spread false narratives, incite hatred, and manipulate public opinion. This can fuel social divisions, erode trust in institutions, and even lead to real-world violence. The anonymity afforded by the internet can embolden individuals to engage in harmful behavior without fear of accountability. Addressing this issue requires a multi-faceted approach, including media literacy education, fact-checking initiatives, and the development of ethical guidelines for online platforms.

However, digital technologies can also be powerful tools for peacebuilding and conflict resolution. They can facilitate communication and dialogue between conflicting parties, promote cross-cultural understanding, and provide platforms for marginalized voices to be heard. Social media can be used to mobilize peace movements, raise awareness about human rights abuses, and advocate for social justice. Online platforms can also be used to provide education and resources to communities affected by conflict, fostering resilience and promoting reconciliation.

To effectively harness the potential of digital technologies for peace, it is essential to foster digital literacy and critical thinking skills. Individuals need to be equipped with the tools to critically evaluate information they encounter online, identify misinformation, and engage in constructive dialogue. Education systems should incorporate digital literacy into their curricula, and civil society organizations can play a crucial role in providing training and resources to communities.

Furthermore, international cooperation is essential to address the challenges posed by digital technologies to peace. Governments, international organizations, and civil society actors need to work together to develop norms and standards for online behavior, combat cybercrime, and promote responsible use of digital technologies. This includes addressing issues such as data privacy, online surveillance, and the use of artificial intelligence in warfare.

The future of peace in the digital age depends on our ability to navigate the complex landscape of online interactions and harness the potential of digital technologies for good. This requires a concerted effort from individuals, communities, governments, and international organizations to promote digital literacy, foster ethical online behavior, and address the challenges posed by misinformation and hate speech. By working together, we can shape a future where digital technologies contribute to building a more peaceful and just world.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Shaping the Future: Pursuit of Peace in The Digital Age," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, February 1, 2025, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2025/02/01/shaping-the-future-pursuit-of-peace-in-the-digital-age/.
Muslim (Unmuh Barru)

Muslim Society in Southeast Asia: Religious Expression, Diversity, and Institution

Unmuhbarru.ac.id, Barru – Southeast Asia, a region characterized by its vibrant cultural tapestry, is home to a significant portion of the global Muslim population. Islam’s arrival and subsequent spread across the archipelagoes and mainland Southeast Asia has resulted in diverse expressions of faith, interwoven with local customs and traditions. This rich tapestry of Islamic practice reflects the region’s historical context, where trade, Sufi mysticism, and royal conversions played crucial roles in the faith’s dissemination. From the majestic mosques of Indonesia to the unique syncretic traditions of the Philippines, the Muslim communities of Southeast Asia demonstrate the dynamic interplay between global religious beliefs and local cultural norms.

The religious landscape of Southeast Asian Islam is far from monolithic. Different interpretations and practices coexist, ranging from deeply orthodox approaches to more syncretic forms that blend Islamic tenets with pre-existing indigenous beliefs. This diversity is evident in various aspects of religious life, including rituals, festivals, and social customs. For example, the celebration of Maulid, the Prophet Muhammad’s birthday, varies significantly across the region, incorporating local traditions and artistic expressions. Similarly, the influence of Sufism, a mystical branch of Islam, is prominent in many Southeast Asian Muslim communities, contributing to a rich tradition of spiritual practices and philosophical thought.

The development of Islamic institutions has played a vital role in shaping Muslim societies in Southeast Asia. Mosques, madrasas (religious schools), and various religious organizations serve as centers of learning, community gathering, and social welfare. These institutions have contributed to the preservation and transmission of Islamic knowledge, while also adapting to the changing social and political landscapes of the region. Furthermore, they have played a crucial role in fostering a sense of shared identity among diverse Muslim communities.

The role of Islamic scholarship and intellectual discourse has been central to the evolution of Muslim societies in Southeast Asia. Scholars and intellectuals have contributed significantly to the development of Islamic thought in the region, engaging with both classical Islamic texts and contemporary issues. Their works have addressed diverse topics, ranging from theology and jurisprudence to social ethics and contemporary challenges. This intellectual tradition continues to thrive, with contemporary scholars engaging in critical discussions about Islam’s role in modern Southeast Asian societies.

The interaction between Islam and local cultures has resulted in unique artistic and cultural expressions. From intricate architectural designs of mosques to traditional forms of music and dance, Islamic motifs and themes are interwoven with local artistic traditions. This fusion has created a distinctive cultural landscape that reflects the dynamic interplay between religious beliefs and local customs. The use of calligraphy, for example, is a prominent feature in Southeast Asian Islamic art, often incorporated into architecture, textiles, and other art forms.

The observance of religious rituals and festivals plays a significant role in the lives of Southeast Asian Muslims. Ramadan, the month of fasting, is a period of intense religious devotion and community bonding. Eid al-Fitr, marking the end of Ramadan, is celebrated with great enthusiasm and festive gatherings. Other important religious occasions, such as Eid al-Adha and Isra Mi’raj, are also observed with unique local customs and traditions.

The role of women in Southeast Asian Muslim societies is complex and multifaceted. Women have made significant contributions to various aspects of religious life, including education, scholarship, and community leadership. While traditional gender roles still exist in some communities, there is a growing movement towards greater gender equality and empowerment. Women are increasingly active in religious institutions, civil society organizations, and various professions.

The study of Muslim societies in Southeast Asia offers valuable insights into the dynamic relationship between religion, culture, and society. The region’s diverse Islamic traditions demonstrate the adaptability and resilience of Islam in different cultural contexts. Understanding the complexities of Southeast Asian Islam requires acknowledging the region’s rich history, its diverse interpretations of faith, and the ongoing interplay between local and global influences. This understanding is crucial for fostering interfaith dialogue, promoting cultural understanding, and appreciating the richness of human civilization.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Muslim Society in Southeast Asia: Religious Expression, Diversity, and Institution," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, January 31, 2025, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2025/01/31/muslim-society-in-southeast-asia-religious-expression-diversity-and-institution/.
France (Unmuh Barru)

Persiapan Belajar di Negeri Kuliner: Panduan Awal Menuju Prancis

Unmuhbarru.ac.id, Barru – Mimpikan pengalaman belajar di negara yang kaya akan sejarah, budaya, dan kuliner? Prancis, dengan kota-kota ikonik seperti Paris, Lyon, dan Marseille, serta universitas-universitas bergengsi, adalah destinasi yang menarik bagi banyak pelajar internasional. Namun, sebelum mengepak koper, ada beberapa persiapan yang perlu Anda lakukan agar studi di Prancis berjalan lancar.

Mengenal Prancis: Negeri Romantis dengan Segudang Inovasi

Prancis, negeri yang begitu lekat dengan menara Eiffel dan croissant, menyimpan pesona inovasi mendunia. Negara ini telah lama menjadi magnet bagi para wisatawan dari seluruh dunia, tak hanya karena keindahan alam dan bangunan bersejarahnya, tetapi juga karena kekayaan budaya dan sejarah yang begitu mendalam.

Paris, sebagai ibukota Prancis, adalah kota yang tak pernah tidur. Kota ini menawarkan beragam aktivitas mulai dari mengunjungi museum dunia kelas satu seperti Louvre dan Orsay, hingga menjelajahi kawasan Latin yang penuh dengan kafe-kafe kecil yang menawan. Selain Paris, Prancis juga memiliki banyak kota-kota indah lainnya seperti Nice, Marseille, dan Bordeaux, masing-masing dengan karakteristik uniknya.

Sejarah panjang Prancis telah membentuk negara ini menjadi apa adanya saat ini. Dari masa kerajaan hingga revolusi, Prancis telah mengalami berbagai perubahan yang membentuk identitas nasionalnya. Warisan sejarah ini tercermin dalam arsitektur bangunan-bangunan tua, karya seni yang luar biasa, dan tradisi-tradisi yang masih dilestarikan hingga kini.

Budaya Prancis juga sangat kaya dan beragam. Bahasa Prancis, sebagai salah satu bahasa yang paling banyak digunakan di dunia, telah menyebarkan pengaruhnya ke berbagai belahan dunia. Selain itu, Prancis juga terkenal dengan kulinernya yang lezat, seperti keju, anggur, dan roti. Mode Prancis juga diakui sebagai salah satu yang paling bergaya di dunia, dengan Paris sebagai pusat mode dunia.

Prancis adalah negara yang menawarkan pengalaman yang tak terlupakan bagi setiap pengunjungnya. Baik Anda tertarik dengan sejarah, seni, kuliner, atau mode, Prancis pasti akan memuaskan hasrat Anda. Dengan keindahan alamnya yang memukau, sejarahnya yang kaya, dan budayanya yang beragam, Prancis adalah destinasi yang sempurna untuk liburan atau bahkan untuk tinggal.

Selanjutnya, dua hal yang perlu diperhatikan adalah terkait dengan penguasaan bahasa dan juga memilih program studi di perguruan tinggi.

Menguasai Bahasa Prancis

Salah satu kunci keberhasilan belajar di Prancis adalah kemampuan berbahasa Prancis. Meskipun banyak program studi yang ditawarkan dalam bahasa Inggris, menguasai bahasa Prancis akan membuka lebih banyak peluang dan memperkaya pengalaman Anda. Mulailah belajar bahasa Prancis jauh sebelum keberangkatan. Anda bisa mengikuti kursus intensif, bergabung dengan klub percakapan, atau menggunakan aplikasi pembelajaran bahasa secara mandiri.

Memilih Program Studi dan Universitas

Prancis menawarkan beragam program studi di berbagai bidang, mulai dari ilmu sosial, humaniora, hingga teknik. Lakukan riset mendalam tentang program studi yang sesuai dengan minat dan tujuan karier Anda. Pertimbangkan pula reputasi universitas, biaya kuliah, dan fasilitas yang disediakan. Situs resmi Campus France dapat menjadi panduan yang berguna dalam mencari informasi tentang perguruan tinggi di Prancis.

Cite this article as: Ismail Suardi Wekke, "Persiapan Belajar di Negeri Kuliner: Panduan Awal Menuju Prancis," in Publikasi Universitas Muhammadiyah Barru, January 31, 2025, https://publikasi.unmuhbarru.ac.id/2025/01/31/persiapan-belajar-di-negeri-kuliner-panduan-awal-menuju-prancis/.